Minggu, 30 September 2007
Membuat peta dasar berbasis GIS dari AutoCAD
Inilah catatan singkat cara Membuat peta dasar berbasis GIS dari AutoCAD, khususnya sebagai jawaban atas permintaan pak bhayu aji dari aceh dan beberapa teman via email ...
1. Install program AutoCAD (saya menggunakan versi 2006)
2. Install program ArcView GIS 3.3
3. Buat folder untuk menyimpan semua file hasil kerja dari 2 program tersebut, misal D:\gis sby
4. Copy file peta dasar yang ada sklala nya, misal surabaya.png simpan dalam fólder tersebut.
5. Buka aplikasi AutoCAD
6. Lakukan standarisasi ukuran dengan merubah menjadi satuan meter (umum di Indonesia), caranya : klik Format --> units --> Setelah muncul Drawing Units rubah pada Intersection Scale --> pilih meters, untuk precision sesuai kebutuhan (standar 2 digit dibelakang koma)
Gambar 1. Menu
7. Insert gambar peta ke program AutoCAD, caranya : Insert --> Raster Image --> pilih surabaya.png
8. Munculkan tools inquery untuk mengukur ukuran sebelum dan sesudah di skala
9. Lakukan scalling untuk menyamakan existing dengan digitasi, caranya :
-Tekan Ctrl+A (select All), maka muncul Command: _ai_selall Selecting objects...done.
- Command: SC enter (untuk scalling)
- Specify base point: letakkan cursor tepat dengan koordinat sumbu x dan y
- Specify scale factor or [Copy/Reference] <1.00>: ketik r
- Specify reference length <1.00>: Klik dititik ujung kiri (ke1) pada skala Specify second point : Klik dititik ujung kanan skala (ke2)
- Specify new length or [Points] <1.00>: ketik 10000 (10000m=10Km)
10. Siapkan layer-layer yang akan kita butuhkan, default layer adalah 0, caranya buka Layer Properties Manager : klik New Layer (Alt+N) ketik Batas Kota, klik New Layer ketik Batas Kecamatan, klik New Layer ketik Kecamatan A, klik New Layer ketik Kecamatan B dst (misal untuk Surabaya langsung tulis nama Genteng, Wonokromo dst sampai 31 kali karena jumlahnya ada 31 Kecamatan)
Gambar 2. Layer Properties
11. Lakukan digitasi menggunakan polyline (untuk garis), pastikan batas kota tersebut tidak terputus, caranya ketika mau tersambung antar titik ketiklah C enter pada Command sehingga terbentuk polygon tertutup sempurna.
12. Untuk menyempurkan hasil digitan maka gunakan perintah TRIM pada Command pilih garis yang akan dirapikan, kemudian tekan enter --> klik pada garis luar yang ingin dihapus.
13. Lakukan digitasi dengan cara yang sama pada batas kecamatan (31 kali untuk Surabaya)
14. Lakukan boundary dengan cara klik Draw pada Main Toolbar --> Boundary --> pick points (tepatkan pada tiap wilayah masing-masing kecamatan)
Gambar 3. Boundary Creation
15. Setelah semua kecamatan digitasi simpan dengan dengan format .dxf misal diberi nama All Kecamatan.dxf (siap untuk ditransfer ke ArcView ). Ingat saat theme kecamatan, maka yang dihidupkan hanya layer kecamatan (1 sampai 31 kec)
16. Demikian juga untuk mengirim theme jalan maka layer jalan dihidupkan simpan dengan nama jalan.dxf ( sebagai line)
Setelah proses pembuatan peta di AutoCAD selesai, bukalah program ArcView GIS 3.3 seperti tampak dalam gambar dibawah ini :
1. Buka aplikasi ArcView GIS 3.3 --> pilih with a new view ( untuk awal)
Gambar 4. Open Program ArcView GIS 3.3
2. Would you like to add data to the View now? klik YES
Gambar 5. Tambah Data
3. Buka file yang telah tersimpan tadi, seperti dalam gambar :
Gambar 6. Insert Gambar dari AutoCAD
4. Kemudian klik OK
5. Untuk selanjutnya kita mulai memodifikasi peta dan mengisi data sesuai kebutuhan melalui entry data langsung atau import dari ecxel.
Demikian catatan kecil ini saya berikan semoga bermanfaat. Maaf saya hanya bisa membantu sedikit…. Untuk lebih rinci saya sarankan beli buku tutorial AutoCAD 2006 dan ArcView GIS 3.3
Selamat mencoba ….
Sabtu, 22 September 2007
Belajar Melihat Potensi Wilayah dengan GIS
Surabaya mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan sebagai barometer untuk kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Selain itu juga mempunyai peran yang cukup strategis dan diperhitungkan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan Propinsi Jawa Timur. Kekuatan ekonomi dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi Jawa Timur serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Dukungan infrastruktur ekonomi yang memadai semakin memperkuat peran Kota Surabaya dalam ekonomi di Indonesia Timur, di mana hal ini dibuktikan dengan keberadaan Terminal Purabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Internasional Juanda serta beberapa stasiun Kereta Api. Kondisi ini mempermudah akses ke semua wilayah.
Sejak tahun 2002 telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor industri pengolahan (tahun 2000 = 33,69%, tahun 2001 = 33,65%, tahun 2002 = 32,52%, tahun 2003 = 31,82%, tahun 2004 = 30,87%, tahun 2005 = 30,23%) menuju sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2000 = 32,40%, tahun 2001 = 32,47%, tahun 2002 = 33,37%, tahun 2003 = 33,99%, tahun 2004 = 34,81%, tahun 2005 = 35,38%. (PDRB Surabaya, 2005).
Perubahan tersebut harus disikapi dengan berbagai regulasi dan kemudahan yang mampu menciptakan iklim positif bagi pelaku bisnis. Salah satu regulasi yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan sektor perdagangan tersebut adalah penyusunan rencana pengembangan kawasan perdagangan, meliputi mall, pasar tradisional dan Pedagang Kaki Lima (PKL).
Dalam mewujudkan visi Pembangunan Kota Surabaya yang berbunyi “Terwujudnya Kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermanfaat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi”, perlu adanya informasi yang jelas dan lengkap tentang sektor perdagangan dan jasa di Kota Surabaya. (Visi dan misi Kota Surabaya).
Selain itu sistem transportasi juga akan sangat berperan dalam sektor perdagangan. Pengembangan sistem transportasi darat seperti halnya terminal dan stasiun kereta api dan juga pengembangan sistem tarnsportasi laut seperi halnya pelabuhan akan dikembangkan menjadi kawasan terpadu. Selain menjadi kawasan umum dan transportasi tapi juga menjadi kawasan perdagangan dan jasa.
Kondisi Perdagangan Kota Surabaya
Kondisi ekonomi Kota Surabaya dalam beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003-2006 rata-rata diatas 5%, pertumbuhan ekonomi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sektor tersier khususnya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pertumbuhan rata-rata lebih dari 7 % per tahun selama priode 2003-2006. dalam perkembangannya, perekonomian Surabaya cukup beruntung meskipun pada tahun 2005 terjadi krisis energi yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga terjadi inflasi yang relatif besar namun semuanya tidak banyak berpengaruh pada ekonomi kota Surabaya. Hal ini tercermin dari kontraksi pertumbuhan ekonomi sedikit relatif menurun dari 5.78% pada tahun 2004 menjadi 5.67% pada tahun 2005. (BPS Surabaya, 2006).
Surabaya selain sebagai sebuah pemerintahan kota juga sebagai ibukota propinsi, sehingga dengan posisi seperti ini, Surabaya sangat diuntungkan dengan adanya infrastruktur penunjang ekonomi seperti terminal Purabaya, Pelabuhan, Tanjung Perak, Bandara Internasional Juanda dan Stasiun Kereta Api Gubeng, yang mempunyai peran cukup strategis dan diperhitungkan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Kekuatan ekonomi dan segala aktifitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi Jawa Timur. Hal ini tercermin dari output Surabaya yang memberikan kontribusi paling besar dibanding Kabupaten kota yang lain di Jawa Timur.
Letak kota Surabaya yang cukup strategis untuk perdagangan, ekspor dan impor dan sosial masyarakat relatif kondusif, menghasilkan iklim perekonomian yang cukup stabil dan bergairah, seolah-olah dampak krisis energi tahun 2005 tidak banyak memberi pengaruh pada aktifitas ekonominya, bahkan tidak sedikit ruko-ruko dan mall-mall baru seperti perluasan pasar turi, pasar atum BG Junction dan Tomorrow City untuk menjawab ramainya perdagangan di kota pahlawan ini. Budaya belanja (shooping) atau budaya konsumtif yang dimiliki masyarakat kota Surabaya dan budaya hidup praktis sangat menyuburkan sektor perdagangan. Ini juga menunjukkan daya beli masyarakat relatif stabil meskipun inflasi yang terjadi pada tahun 2005 juga meningkat. (PDRB Surabaya 2005).
ANALISA SPASIAL
1. Penduduk
Kota Surabaya merupakan kota Metropolitan dengan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Simokerto yaitu sebesar 390 jiwa/ha, Kecamatan Sawahan yaitu sebesar 309 jiwa/ha, Kecamatan Bubutan yaitu sebesar 289 jiwa/ha dan Kecamatan Tegalsari yaitu sebesar 268 jiwa/ha.
Gambar 1. Peta Kepadatan Penduduk Kota Surabaya
Sedang dari persebarannya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada Kecamatan Sawahan, Tambaksari, Semampir, Wonokromo dan Gubeng.
2. Usaha Sektor Perdagangan
Di Surabaya untuk sektor perdagangan terdiri dari perdagangan besar dan eceran sejumlah 78.890 unit, dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Semampir sejumlah 5.763 unit usaha, Kecamatan Sawahan sejumlah 5.639 unit usaha, Kecamatan Kenjeran sejumlah 5.257 unit usaha dan Kecamatan Bubutan sejumlah 5.253 unit usaha.
a. Mall
Jumlah Mall yang ada di Kota Surabaya adalah sebanyak 25 Mall yang tersebar di 13 Kecamatan, dengan jumlah terbanyak di pusat kota.
Gambar 2. Peta Persebaran Mall
Sedang dari sisi jangkauan pelayanan, dimana jangkauannya tidak hanya terbatas pada satu lingkungan atau permukiman tertentu, tetapi semua masyarakat yang tinggal diseluruh kawasan perkotaan. Sehingga jangkauan pelayanan Mall dikatakan sudah memenuhi. Disini digunakan jangkauan pelayanan sepanjang 10.000 m, dengan asumsi pengunjungnya selain dari kelas ekonomi menengah ke atas, juga berasal adri luar kota Surabaya, karena merupakan kota Wisata.
Gambar 3. Peta Jangkauan Pelayanan Mall
b. Pasar Tradisional
Salah satu kebutuhan masyarakat adalah kebutuhan akan bahan pokok. Penyedia bahan pokok sangatlah beragam kelasnya, mulai dari pertokoan, distributoir sampai dengan pasar tradisional. Penyedia kebutuhan pokok dimaksud paling banyak adalah pasar yang dikelola oleh PD. Pasar. Sampai saat ini jumlah pasar yang dikelola adalah sebanyak 81 unit dengan berbagai kelas.
Untuk jangkauan pelayanan pasar tradisional adalah penduduk yang tinggal tidak lebih dari 5 km dari lokasi pasar tersebut. Masyarakat yang terjangkau oleh pelayanan pasar tradisional adalah masyarakat pada wilayah Surabaya pusat. Namun dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa data pasar tradisional yang disampaikan disini adalah data pasar yang dikelola oleh PD Pasar.
Untuk kondisi persebaran titik-titik lokasi PKL dapat dilihat pada peta berikut, nampak bahwa jumlah PKL terbanya terdapat pada Kecamatan Gubeng, Krembangan, Tambaksari, Rungkut dan Genteng.
Berdasar kepadatan penduduk, maka perlu dibuat mall-mall baru untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Penentuan mall baru adalah berdasarkan kepadatan penduduk minimal 120 jiwa/ha dan di kecamatan tersebut belum ada mall (0). Dari hasil intersect didapat 4 wilayah baru yang dapat digunakan sebagai pendirian mall, yaitu Kecamatan Krembangan, Sawahan, Simokerto dan Gubeng. Tetapi tetap harus mempertimbangkan kesesuaian lahan, tersedianya lahan dan infrastruktur pendukung, antara lain jalan, listrik, telekomunikasi, dll.
Sedang secara keseluruhan kondisi perdagangan yang tersebar di kota Surabaya (Mall, Pasar Tradisional dan PKL) dapat dilihat pada peta berikut :
Kesimpulan
Sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Kota Surabaya, mempunyai konsekuensi yang tinggi untuk tetap menjaga kestabilan kehidupan terutama dari segi sosial dan ekonomi. Dari sembilan sektor dalam PDRB dapat dilihat bahwa sektor perdagangan merupakan sektor unggulan.
Dari 31 Kecamatan yang ada di Kota Surabaya terlihat penyebaran Mall, Pasar Tradisional dan persebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) tidak merata, sehingga dapat diidentifikasi bahwa terjadi beberapa pertumbuhan yang tidak merata, yang dapat mengakibatkan terjadinya urbanisasi dan tidak meratanya pendapatan perkapita yang tidak merata juga.
1. Untuk pengembangan Mall direkomendasikan 4 wilayah Kecamatan dapat didirikan Mall baru, agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.
2. Dilakukan pembinaan dan bantuan modal terhadap PKL agar lebih profesional dalam menjalakan usahanya.
3. Untuk masalah pasar tradisional dapat dikembangkan pada wilayah yang luas lahannya masih cukup, sehingga tidak selalu terpusat pada kawasan tengah kota.
Minggu, 16 September 2007
"Skoool for ClassMate" Program
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Budi (Intel) karena ICT Center Surabaya mendapat kepercayaan mengcopy software e learning versi trial yang dapat di install di PC/Laptop di sekolah maupun di rumah, karena versi trial ini masih off line.
Dan saat ada pelatihan Jardiknas di SMK Negeri 1 Surabaya untuk Guru, kami telah copykan ke 70 Sekolah. Saat ini kami sedang ujicoba secara mandiri dalam program “Launch skoool for ClassMate”.
Adapun beberapa masukan dan komentar dari beberapa sekolah atau guru yang mencoba untuk belajar putra-putrinya di rumah antara lain :
1. Programnya cukup bagus untuk membantu siswa dan atau putra-putrinya belajar dengan konten dan metode yang cukup menarik karena ada gambar, suara, test dan tugas dll pada setiap mata pelajaran (matematika, kimia, biologi dan fisika)
2. Dari staff SMKN 1 Surabaya dan beberapa sekolah mengharap ada dua versi bahasa (Inggris dan Indonesia), karena versi ini masih dengan bahasa Inggris.
3. Karena kami dari SMK (Vocational School), maka kami berharap ada konten yang untuk materi-materi umum di SMK, misalnya komputer ... syukur-syukur jika ada yang mata diklat produktif.
4. Akan lebih menarik lagi jika dilengkapi dengan model belajar yang dapat share antar person atau groups
5. Atau bagaimana jika ada tugas untuk siswa yang hasilnya dapat langsung dikirim ke gurunya ...? Atau sebaliknya, ada fasilitas guru dapat mengirim soal ke siswa secara serentak dalam satu lab, atau online dalam LAN saja.
Satu pertanyaan :
Bagaimana implementasi metodologi pedagogik dengan menerapkan IT ? Seperti yang pak Budi pernah katakan bahwa arah dan tujuannya agar pengajar kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat lebih menyenangkan? Kami tunggu demo atau latihannya ...
Sementera itu dulu komentar dan masukan dari kami.
Pengembangan Unit Produksi Sekolah (UPS)
Pengembangan Teaching Factory di bidang IT dan lainnya. Salah satu kelemahan dari segala bentuk bantuan (block grant) ke sekolah-sekolah adalah ketergantungan sekolah tersebut dengan pemberi dana. Menurut saya, Teaching Factory adalah pengembangan dari konsep Unit Produksi Sekolah (UPS) yang sudah berjalan di banyak Sekolah. Untuk itu akan lebih optimal lagi apabila memadukan antara usaha-usaha dalam UPS dengan proses KBM, tidak hanya dalam teori tetapi langsung praktek.
Contoh usaha yang merupakan sub unit dari devisi Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di SMK Negeri 1 Surabaya antara lain :
1. Bank Mini Sekolah (BMS) selain untuk mengatur manajemen keuangan sekolah dengan sistem komputer, dapat juga berfungsi sebagai pengembangan unit simpan pinjam yang hasilnya dapat menambah income UPS dan menambah kesejahteraan warga sekolah. Dapat untuk praktek siswa program keahlian Akuntansi dan Administrasi Perkantoran. Karyawannya juga alumni SMKN 1 Surabaya.
2. Toko SMESA Mark yang pengelolaannya sudah menggunakan sistem komputer, dimana pegawainya kebanyakan dari alumni SMKN 1 Surabaya, sedang kesehariaannya juga dapat dipergunakan untuk praktek siswa Program Keahlian Penjualan, disamping itu juga dapat melayani konsumen umum.
3. Small Bisnis, selain siswa dapat praktek kewirausahaan juga dapat bekerjasama dengan sub unit katering untuk melayani pesanan pihak dalam dan luar sekolah.
4. Katering, juga dapat melayani dalam dan luar sekolah.
5. Persewaan Aula dengan fasilitas Band, Katering, Production House dll
Sedang contoh usaha yang merupakan bagian dari devisi ICT antara lain :
1. Program ICT yang sekarang dengan berbagai diklat baik dari pemerintah pusat maupun Kota Surabaya ( Jardiknas, Life Skill, Kerjasama dengan dinas atau pihak lain)
2. Sebagai distributor dalam pengadaan hardware, bekerjasama dengan Hitech Mall
3. Kursus komputer untuk peserta dari dalam dan luar SMKN 1 Surabaya. dll
Ada banyak contoh yang mengelola ICT dengan berbagai seni dan cara yang lebih kreatif seperti yang dikelola oleh Bona, Sindu dkk dari Jawis. Kita perlu sinergi dan banyak belajar dari anak2 muda seperti mereka ...:)
Dari beberapa contoh tersebut, sebenarnya yang perlu kita pelajari adalah konsep apa dan bagaimana mengintegrasikan antara proses pembelajaran (KBM), kemandirian atau kewirausahaan, kompetensi yang akan dicapai dengan metode-metode pembelajaran yang cocok antara teori dan praktek serta kesinambungan dari berbagai program, sehingga tercipta sebuah sistem yang stabil.....???
Itulah sedikit tambahan pemikiran, dan jika tidak berkenan atau tidak cocok, mohon dimaafkan, anggap sebuah dongeng saja ...:)
Belajar dalam Mobile Training Unit (MTU)
Merupakan suatu pengalaman yang mengasikkan belajar bersama anak-anak, guru dan atau pegawai dalam sebuah bis. Disini kami ceritakan bahwa untuk pembelajaran dengan MTU di Kota Surabaya. Ada beberapa kendala yang kami alami, juga beberapa solusi yang pernah kami lakukan, dan kami tetap mencoba keliling atau stand by di SMKN 1 Surabaya , kadang-kadang di Dinas Pendidikan Kota atauPemkot Kota Surabaya.
Kendala dan solusi tersebut diantaranya :
Kendala :
1. Banyak sekolah yang tidak bersedia untuk mengeluarkan biaya operasional secara mandiri, dengan berbagai alasan.
2. Banyak sekolah yang tidak terjangkau, sehingga bis tidak bisa masuk ke lokasi/halaman
3. Sekolah-sekolah yang kecil keberatan jika harus mengambil listrik, karena kecilnya daya yang dimiliki sekolah ybs.
Solusi :
1. Salah satu solusinya adalah mengajukan biaya tersebut ke pemkot, alhamdulillah dapat walau 1 tahun sekali sesuai anggaran yang pelaksanaannya secara bergilir.
2. Kami menawarkan untuk menjemput siswa untuk dibawa ke SMKN 1 Surabaya (antar jemput)
3. Bantuan MTU ke 2 dilengkapi dengan Genset yang cukup, sehingga dapat berbagi beban listrik dengan sekolah yang dikunjungi
4. Kadang Dinas Pendidikan Kota Surabaya sharing dengan dinas-dinas lain untuk melatih karyawan-karyawannya.
Kesan dari beberapa sekolah, cukup mengasikkan belajar dalam bis .... Bagaimana pengalaman teman-teman ? Pak Hari Anggono dari Lampung mungkin punya pengalaman lebih ...:) Yang jelas banyak suka dukanya ....
Sebenarnya belajar dengan MTU dapat berkembang lebih dari yang tersebut diatas, tetapi kadang kendala birokrasi dan keterbatasan SDM yang menangani merupakan hal-hal yang dapat menghambat. Karena belum ada aturan tentang bagaimana jika operasional MTU tersebut diperkenankan kerjasama dengan pihak lain, baik negeri maupun swasta, karena kita tidak bisa menyewakan MTU tersebut kepada beberapa pihak, padahal banyak yang menanyakan bagaimana prosedur peminjaman MTU ....? Dan terpaksa kami jawab, tidak berani ... kecuali ada ijin.
Bagaimana dengan hasil prestasi siswa?
Beberapa catatan dan pengamatan berdasarkan hasil prestasi siswa, mulai dari proses sampai dengan nilai akhir baik nilai sikap, pengetahuan maupun ketrampilan tentang perubahan cara belajar mengajar dengan beberapa metode PBL dan lainnya, terutama dengan mengintegrasikan TIK dalam KBM dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi siswa maupun guru untuk ber-kreasi dan ber-inovasi lebih, dengan harapan dapat membuka wacana dan cakrawala baru bagi perbaikan sistem pendidikan.
Beberapa catatan pentingnya pengalaman di atas teori antara lain :
1. Ketika para peserta didik belajar untuk dapat berpikir, mengerjakan tugas dan menghadapi masalah yang nyata maka akan muncul suatu pengalaman baru bagi mereka.
2. Pendekatan langsung untuk belajar dengan dunia nyata dapat membantu para peserta didik mencapai tujuan.
3. Keikutsertaan peserta didik secara aktip dan langsung dalam memecahkan masalah, membuat mereka menjadi kritis dan dapat menemukan relevansi antara peristiwa yang satu dengan lainnya. Ini adalah sebagai dasar kepemimpinan dan untuk membangun jati diri mereka.
4. Proses inilah yang dikatakan sebagai usaha untuk mengubah suasana belajar mengajar ke dalam lingkungan student-centered.
5. Siswa belajar berfikir dengan imajinasi yang ada dapat membuat siswa dan guru lebih kreatif, sehingga tidak lagi belajar menghafal tetapi belajar untuk mengerti, memahami, berfikir dan ber inovasi.
Mungkin pendapat ini salah, mohon beri masukan untuk perbaikan sistem yang telah kami pakai.
Memadukan VOD (Video On Demand) dengan TVe
Kami mengucapkan terima kasih kepada pak Junedi Armada sebagai Pemimpin Proyek Pengembangan Sistem dan Standard Pengelolaan SMK yang beberapa tahun yang lalu VOD ini telah diuji cobakan di beberapa SMK di Indonesia.dan juga terima kasih kepada pak Suhadi sebagai Direktur TVe …..:)…
Walaupun hasilnya belum optimal, pengembangan teknologi ini cukup menarik dan bagus. Dan ini juga merupakan salah satu program inovasi yang sangat dibutuhkan saat ini. Untuk itu ijinkan kami menulis apa yang kami lakukan di SMK Negeri 1 Surabaya sesuai dengan kondisi kami. Dan kami berharap ada sekolah lain yang mau menularkan ilmunya, khusus dengan pengembangan VOD. Baik VOD maupun TVe sangat membantu siswa terutama sebagai sarana prasarana belajar pada program keahlian BTV atau yang sekarang disebut TP3, yang pada umumnya sulit mencari tempat Prakerin di DU/DI.
Beberapa tujuan pemberian block grant VOD karena :
1. Dunia pendidikan sebagai penyaji sumber daya manusia harus mampu mengembangkan dan memelihara sistem pembelajaran dengan TIK, khususnya video yang berbasis internet atau intranet video.
2. Sistem Video/Modul on Demand adalah salah satu perwujudan pemanfaatan TIK untuk dapat menghemat investasi pendidikan dan mendukung peningkatan kualitas Pendidikan.
3. Sistem Video/Modul on Demand pembelajaran lebih efisien dan optimal, tanpa tergantung pada LCD proyektor yang harganya sangat mahal, dan dapat berlangsung tanpa terikat pada ruang kelas yang formal.
4. Sistem Video/Modul on Demand bisa diimplementasikan secara global di semua sekolah, dan dapat terintergrasi dengan ICT Centre dan WAN Kota.
Perpaduan antara VOD dengan TVe (TV Edukasi) dalam Local Area Network dapat dikembangkan dengan metode pembelajaran paralel, artinya dari sebuah studio mini, dapat di broadcast ke kelas-kelas yang telah dipasang TV 29” dan tinggal menambahkan antena in door.
Seperti yang baru-baru ini di koordinasi oleh pak Ruddy selaku Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Kota Surabaya dalam melaksanakan program Life Skill bidang IT di SMK Negeri 1 Surabaya untuk kelas 3 SMA/SMK/MA, dimana bapak Sahudi (Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya) membuka acara secara simbolis dari studio mini, kemudian diikuti oleh 7 kelas VOD.
Dari pengalaman ini, bisa memberikan inspirasi kepada kita bahwa dengan keterbatasan tempat praktek atau yang lain, kita dapat mengoptimalkan pemanfaatan sarpras yang ada sambil berimprovisasi, sehingga proses KBM berjalan sesuai dengan kompetensi yang ada, bahkan studio mini sekolah dan peralatan multimedia dapat berfungsi untuk pengembangan kearah Production House (PH) dan tentunya dapat juga menambah income dari Unit Produksi Sekolah. Saya berharap ada share dari anggota milis Dikmenjur dan Jardiknas yang kita cintai ini ....:)
Metode Project Based Learning (PBL) dalam Mata Diklat KKPI
Sebelum menulis artikel kedua ini saya sampaikan terima kasih dan salam buat pak Marta Adi (Microsoft), Bona, Khalid, Cucu, pak Rachmad, pak Budi dan Hendro. Karena saya banyak belajar dari beliau-beliau ...:)
Penggunaan metode Project Based Learning dapat diterapkan dengan salah satu mata diklat atau mata pelajaran yang sesuai.... dan hasilnya cukup bagus untuk perkembangan jiwa siswa serta sebagai guru. Contoh pada mata diklat KKPI yang menggunakan standart nasional dengan sistem ujian online dari VEDC Malang made in Rafie, Pak Joko dkk, coba dipadukan dengan metode PBL, sebagai salah satu upaya untuk merubah convensional system ke modern system dalam KBM.
Project Based Learning ( PBL) adalah cara untuk mengubah metode belajar mengajar dari yang tradisional ke modern, dimana pihak instruktur yang aktif ( teacher-centered ), menjadi student-centered.
Dalam PBL, para peserta didik belajar dan bekerja dengan cara kerja sama untuk memecahkan permasalahan dan akhirnya menyajikan hasil pekerjaan mereka kepada audience untuk di presentasikan.
Memilih topik, object dan metode yang tepat hendaknya direncanakan dahulu, karena beberapa faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan PBL , diantaranya :
1. Relevant, PBL menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan para peserta didik secara kompleks, dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.
2. Challenging , PBL mendorong para peserta didik untuk memecahkan permasalahan secara kompleks.
3. Motivating, PBL dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk lakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
4. Interdisciplinary, PBL memerlukan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.
5. Authentic, PBL melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
6. Collaborative, PBL mengadakan kerja sama/kolaborasi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan instruktur, untuk memperluas komunitas, sehingga terjadi saling memberi dan menerima.
7. Fun, membuat suasana kelas menyenangkan, sehingga peserta didik maupun instruktur menikmatinya.
Peran instruktur atau guru dalam PBL sebaiknya sebagai Fasilitator, Pelatih, Penasehat dan Perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Adapun beberapa hambatan dengan metode ini PBL al :
1. Kebanyakan permasalahan " dunia nyata" yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajar dengan cara melatih dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah.
2. PBL memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
3. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
4. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional , dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
5. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah dll
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman... artinya belajar tidak harus di dalam ruang kelas.
Kesimpulan :
1. Project Based Learning adalah salah satu metode yang sangat efektif untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
2. Dengan TIK dapat menimbulkan suasana menyenangkan dalam proses belajar mengajar dan dalam melaksanakan tugas.
3. Dengan TIK kita dapat meningkatkan improvisasi, kreasi dan inovasi baik untuk siswa maupun guru.
Saya berharap adanya pengembangan yang lebih inovatif dari teman-teman, walau tulisan saya ini hanya sekedar memotivasi siswa untuk belajar yang lebih menyenangkan...:)
Implementasi pengintegrasian TIK dalam KBM pada mata diklat Akuntansi Perbankan
Pengintegrasian TIK dalam Beberapa Improvisasi KBM (1)
Sebelumnya saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada :
1. Pak Gatot, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk berinovasi dan berkembang khususnya dibidang IT. Mulai dari saat menjadi Direktur Dikmenjur sampai sekarang sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri
2. Pak Ruddy (sekarang Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Kota Surabaya) yang pada saat menjadi Kepala SMK Negeri Surabaya telah memberi banyak kesempatan untuk memenuhi keinginan kami untuk maju.
3. Pak Moedianto, Kepala SMK Negeri 1 yang sekarang juga memberikan banyak kepercayaan kepada kami, sehingga kami menjalankan tugas dengan senang.
4. Komite Sekolah dan seluruh keluarga besar SMK Negeri 1 Surabaya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Ijinkan saya menulis di milis ini tentang beberapa pengalaman sebagai seorang guru, ini karena dorongan hati dan pesan guru saya bahwa menceritakan pengalaman adalah salah satu bentuk amal info kepada sesama ....:) mohon maaf jika kurang berkenan.
Sebelum membahas beberapa cara untuk mengintegrasikan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) saya hanya membatasi pengertian teknologi sebagai salah satu sarana pembelajaran, diantaranya :
1. Teknologi merupakan suatu alat yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar di kelas.
2. Para instruktur (guru) dan peserta didik (siswa) dapat memilih teknologi yang cocok untuk membuat, mengambil dan menganalisa informasi setiap saat, dengan harapan nantinya dapat menjadi tenaga kerja yang profesional.
3. Para instruktur dapat memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana untuk berimprovisasi dan berinovasi dalam melaksanakan tugasnya.
Pemanfaatan komputer dan sarana prasarana TIK secara efektif di sebuah Lembaga Pendidikan tergantung dari beberapa faktor al :
1. SDM sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar
2. Sarpras TIK yang tersedia (kualitas dan kuantitas)
3. Kebijakan Manajemen sebagai pendukung utama
4. Metode Pembelajaran yang dipakai
Banyak cara, ini hanya merupakan salah satu contoh dari implementasi pengintegrasian TIK dalam KBM pada mata diklat Akuntansi Perbankan (produktif pada program keahlian Akuntansi) dapat disinergikan dengan memadukan minimal 3 disiplin ilmu diantaranya :
1. Akuntansi
2. Manajemen Perbankan
3. Komputer
Dalam melaksanakan KBM ada beberapa tuntutan yang tersirat dalam implementasinya, agar peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan yaitu :
1. Mampu mengidentifikasi pekerjaan pada bidang perbankan
2. Mampu bermain peran (sebagai Manager, Supervisor, Customer Service, Operator, Nasabah dll)
3. Mengetahui tentang siklus akuntansi umum dan akuntansi perbankan.
4. Mampu membuat laporan sebagai akhir transaksi harian dan sekaligus sebagai awal transaksi hari berikutnya. dll
Untuk itu membutuhkan 3 tahap praktek atau minimal poin 1 dan 3 yaitu :
1. Praktek simulasi di kelas dengan bermain peran
2. Praktek di laboratorium komputer yang sudah terinstall program aplikasi akuntansi perbankan secara online atau program komputer Akuntansi secara off line sesuai role play dan peran masing-masing
3. Praktek langsung ke Bank Mini Sekolah yang merupakan bagian dari Unit Produksi Sekolah dengan transaksi riel yang dilengkapai dengan 3 program aplikasi perbankan (program tabungan – untuk melayani nasabah dengan sistem perbankan pada umumnya, program administrasi sekolah – untuk melayani pembayaran sekolah dan kegiatan administrasi lainnya dan program akuntansi – untuk membuat laporan harian, bulanan dan tahunan) atau praktek di Bank umum pada saat Praktek Kerja Industri.
Kesimpulan :
1. Proses KBM berjalan secara terpadu antara teori dan praktek
2. Siswa mengerjakan tugas dan menghadapi masalah yang nyata maka akan muncul suatu pengalaman baru bagi mereka.
3. Menambah keuntungan bagi Unit Produksi Sekolah
4. Menambah kesejahteraan para pengelola
5. Menciptakan jiwa kewirausahaan dan kemandirian yang tinggi.
Demikian salah satu pengalaman dalam improvisasi, alangkah menyenangkan jika ada yang berbagi pengalaman ...:)