Senin, 19 November 2007

Evaluasi tentang hubungan antara Nilai Rapor, Uji Kompetensi dan UNAS

Sebelumnya mohon maaf, jika nanti ada kelompok lain yang memiliki hasil analisa yang lebih valid lagi dalam meng-evaluasi atau mencari korelasi dalam prestasi siswa antara ketiga nilai tersebut ... kami mencoba dengan software SPSS versi 11.5 dalam melaksanakan tugas kelompok mata kuliah statistik ... Kami mengambil sample dari dokumen sekolah terhadap 1 kelas siswa yang baru lulus tahun 2006/2007 Program Keahlian Multimedia di SMKN 1 Surabaya ... Inilah hasil test uji kami ...

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sehubungan dengan telah dibukanya Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMK Negeri 1 Surabaya, mulai tahun pelajaran 2003/ 2004, sekolah berkewajiban mempersiapkan siswa/ tamatan agar dapat bersaing dalam pasar kerja terbuka, sesuai tuntutan penguasaan kompetensi era global yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.

Dalam proses pembelajaran sejak diberlakukannya kurikulum SMK edisi 2004 telah banyak perubahan untuk mencapai tujuan, dengan harapan mendapatkan hasil yang optimal, sehingga bermanfaat bagi semua pihak terkait. Untuk mengukur keberhasilan siswa, perlu diperhatikan adanya standar dan kriteria penilaian sehingga siswa dinyatakan lulus atau tidak lulus, dan oleh dunia kerja dinyatakan kompetensi atau tidak kompetensi. Adapun jenis mata pelajaran pada setiap program keahlian dibagi dalam 3 kelompok yaitu (1) Kelompok Normatif yang terdiri dari Agama, PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan serta Sejarah Nasional dan Umum; (2) Kelompok Adaptif, terdiri dari Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Komputer dan Kewirausahaan; (3) Kelompok Produktif yaitu mata pelajaran yang terkait dengan bidang keahlian yang dipilih oleh siswa yang bersangkutan.

Dasar Hukum Pelaksanaan adalah :
1. Renstra Depdiknas 2005-2009
2. Kurikulum untuk Sekolah Menengah Kejuruan edisi 2004 maupun kurikulum produktif untuk program keahlian TIK, yang telah disusun secara dinamis dan fleksibel agar mampu mengantisipasi dan mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi.
3. Program kerja sekolah 2004/2005 yang setiap tahunnya disusun dan dikembangkan sebagai pedoman kerja bagi masing-masing program keahlian.
Untuk mengimplementasikan program-program tersebut berbagai hambatan baik dari siswa, orangtua siswa, sekolah maupun dunia kerja sebagai tempat praktek kerja siswa sebelum mereka tamat sangat bervariasi. Untuk itu berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kerjasama antara SMK Negeri 1 Surabaya dengan partnership diwujudkan dalam bentuk penilaian bersama atas beberapa Kompetensi dan Sub Kompetensi yang ada dalam kelompok Produktif. Untuk itu harus diadakan penilaian bersama untuk melihat hasil evaluasi yang dilakukan oleh Sekolah, Dunia Kerja maupun Ujian Nasional pada mata pelajaran tertentu.

1.2 Rumusan Permasalahan
Dari berbagai kendala yang ada, teridentifikasi beberapa permasalahan lapangan sebagai berikut :
- Beberapa kesulitan dalam mensinkronkan antara materi diklat yang ada di Sekolah dengan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, khususnya produktif.
- Belum teridentifikasinya secara jelas antara hasil hasil prestasi siswa di sekolah dengan nilai kompetensi yang diberikan oleh dunia kerja, serta nilai prestasi dalam UNAS.

1.3 Batasan Permasalahan
Melihat hasil evaluasi pada beberapa kelompok pelajaran Program Keahlian Multimedia di SMK negeri 1 Surabaya.

1.4 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari analisa statistik ini antara lain untuk mengukur dan mencari hubungan antara nilai di sekolah dengan nilai kompetensi di tempat praktek kerja. Sedang sasarannya adalah untuk memberi gambaran tentang sistem penilaian terhadap siswa pada dua tempat yang berbeda, dengan siswa yang sama.

GAMBARAN UMUM DAN LANDASAN KEBIJAKAN

2.1 Gambaran Umum tentang SMK
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah : (a) mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya, (c) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.(Kurikulum SMK Edisi 2004)

Melalui pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan dapat mewujudkan peningkatan potensi ekonomi tersebut, karena SMK mempersiapkan tamatan yang memiliki kompetensi produktif, adaptif dan inovatif untuk dapat menjadi tenaga terampil yang siap kerja sesuai dengan bidang dan program keahliannya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Teknologi Informasi sebagai bagian dari Pendidikan Menengah Kejuruan, bertujuan untuk menyiapkan siswa / tamatan untuk:

a. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
b. Mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahlian Teknik Informasi Dan Komunikasi
c. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkup keahlian teknik informasi dan komunikasi.
d. Menjadi Warga Negara yang Produktif, Adaptif Dan Kreatif.

Setelah menjalani pendidikan dan pelatihan di Sekolah, sebagai dasar pengetahuan dan ketrampilan siswa sesuai dengan tingkatnya, maka sebelum melanjutkan ke tingkat berikutnya, diharapkan siswa dapat :
a. Melaksanakan praktek kerja di dunia usaha / dunia industri sesuai dengan bidang keahliannya.
b. Mengaplikasikan materi pendidikan dan pelatihan yang telah diterima di sekolah sebagai pedoman dasar untuk diterapkan pada dunia kerja.
c. Mengukur tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
d. Meningkatkan ketrampilan siswa, agar dalam proses pembelajaran ke jenjang berikutnya dapat mengetahui bidang pekerjaannya, sehingga dapat diharapkan mampu berimprovisasi dan berkreasi setelah tamat nanti.

2.2 Program Peahlian Multimedia SMK Negeri 1 Surabaya
Untuk tahap pertama, SMK Negeri 1 Surabaya akan mengirimkan siswa – siswi bidang keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi, program Keahlian Multimedia dengan pembekalan materi untuk tingkat 1 sampai tingkat 3 adalah sbb :
Tingkat I
1. Mengoperasikan periferal multimedia :
2. Mengembangkan ilustrasi digital (digital illustration)
3. Mengembangkan pencitraan digital (digital imaging)
4. Mengembangkan laman [web]
5. Mengembangkan animasi dimensi dua (2D animation)
Tingkat II
6. Mengembangkan visualisasi dimensi tiga (3D visualization)
7. Mengembangkan animasi dimensi tiga (3D animation)
Tingkat III
8. Merekam suara
9. Menyunting suara
10. Merekam gambar
11. Menyunting video
12. Mengembangkan efek visual
13. Mengembangkan aplikasi multimedia

2.3 Sistem Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Instruktur dalam pelaksanaan praktek industri adalah pembimbing yang ditunjuk oleh institusi pasangan untuk membimbing siswa di tempat praktek. Seperti telah dicantumkan dalam kurikulum, waktu praktek kerja industri diatur sebagai berikut :
a. Minimum 3 bulan kerja, mengikuti minggu dan jam kerja industri;
b. Boleh lebih 3 bulan kerja jika kegiatan bekerja di industri memberi nilai tambah yang lebih tinggi bagi industri maupun bagi siswa yang bersangkutan;
c. Kegiatan di industri dapat dimulai dari tingkat I dengan catatan industri yang bersangkutan mampu memberi keterampilan dasar dan sebaiknya tidak langsung bekerja di lini produksi.

Setelah melampaui ketiga tahapan tersebut, siswa akan diuji kemampuannya yang hasilnya berupa nilai rapor untuk melihat prestasi di sekolah pada tiap semester, nilai uji kompetensi yang diuji secara internal (oleh guru produktif) dan eksternal oleh DU/DI ( Dunia Usaha dan Dunia Industri) sebagai partnership sekolah pada program keahlian yang bersangkutan. Saat ini yang menguji adalah dari PENS ITS dan Jawa Pos Groups Surabaya. Dan terakhir nilai UNAS.

METODA DAN ANALISA

3.1 Metoda
Metoda yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara prestasi siswa di sekolah (nilai raport kelas tiga dan nilai UNAS) dengan hasil uji kompetensi pada Program Keahlian Multimedia di SMP Negeri 1 Surabaya adalah dengan :
a. Analisis Varian (ANOVA), dengan menggunakan variabel :
- Nilai uji kompetensi untuk dependent variabel
- Nilai Rapor Kelas tiga dan Nilai UNAS untuk fixed faktor
b. Analisis Regresi Berganda, dengan menggunakan variabel :
• Nilai uji kompetensi untuk variabel Y
• Nilai Rapor Kelas tiga untuk X1 (6, 7 dan 8)
• Nilai UNAS untuk X2 (1 = baik, 2 = cukup dan 3 = kurang)

3.2 Data
Dari data nilai siswa di Sekolah di SMK Negeri I Surabaya, dapat diperoleh data untuk mengetahui hubungan antara prestasi siswa di sekolah (nilai raport kelas tiga dan nilai UNAS) dengan hasil uji kompetensi pada Program Keahlian Multimedia di SMK Negeri 1 Surabaya, yaitu :

Tabel 1. Klasifikasi Data Nilai Siswa

3.3 Analisa
a. Analisis Varian (ANOVA)
Hasil analisa varians dari output komputer dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 1. Analisa Varian

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa :
Pengujian Hipotesis
Ho : Nilai Rapor dan nilai UNAS tidak ada pengaruhnya pada nilai uji kompetensi
H1 : Nilai Rapor dan nilai UNAS ada pengaruhnya pada nilai uji kompetensi
Statistik Uji
Pvalue didapat 0,000 < 0,05 --> Pvalue < α, yaitu tolak Ho berarti minimal ada satu yang tidak sama. Untuk mengetahui pasangan mana yang tidak sama dapat dilihat pada post hoc test.

Gambar 2. Post Hoc Test Nilai Rapor

Dari hasil input dapat diketahui :
6 --> 7 : 0.206 > 0.05 terima Ho sehingga µ6 = µ7
7 --> 8 : 0.039 < 0.05 tolak Ho sehingga µ7 ≠ µ8
6 --> 8 : 0.002 < 0.05 tolak Ho sehingga µ6 ≠ µ8

Gambar 3. Post Hoc Test Nilai UNAS

Dari hasil input dapat diketahui :
Baik --> cukup : 0.14 > 0.05 terima Ho sehingga µbaik = µcukup
Baik --> kurang : 0.000 < 0.05 tolak Ho sehingga µbaik ≠ µkurang
Cukup --> kurang : 0.192 > 0.05 terima Ho sehingga µcukup = µkurang
Dari hasil analisa varians didapatkan faktor-faktor mana yang sangat berpengaruh pada nilai uji kompetensi, yaitu dengan melihat dari hasil profil plot, sebagai berikut:
Grafik 1. Hasil Analisa Varians

Dari grafik diketahui bahwa factor yang mempengaruhi nilai uji kompetensi tinggi adalah siswa dengan nilai UNAS baik dan nilai rapor lebih dari 7.

Sehingga dapat disimpulkan :
Penelitian menolak Ho dengan Pvalue 0,000 < 0,05 (α = 5%), sehingga dapat diketahui bahwa nilai rapor dan nilai UNAS mempengaruhi nilai uji kompetensi.

b. Analisis Regresi
Hasil output komputer dari analisa regresi dapat dilihat pada uraian berikut :


Dari output dapat diketahui :
Model regresi : C3 = 6.27 + 0.172 C1 - 0.197 C2 atau
Nilai Uji Kompetensi = 6.27 + 0.172 Nilai UNAS – 0.197 Nilai Rapor
Statistik uji :
a. Pvalue constant : 0.000 < 0.05 --> tolak Ho
Berarti model yang digunakan sudah benar/ sesuai dan berpengaruh terhadap nilai uji kompetensi.
b. Pvalue nilai UNAS : 0.003 < 0.05 --> tolak Ho
Berarti nilai UNAS mempengaruhi nilai uji kompetensi
c. Pvalue nilai Rapor :0.001 < 0.05 --> tolak Ho
Berarti nilai Rapor mempengaruhi nilai uji kompetensi

Nilai koefisien determinan (R2) --> 42,7%
Berarti nilai UNAS, nilai Rapor mempengaruhi nilai uji kompetensi sebessar 42.7% sehingga masih ada 57.3% variabel lain yang mempengaruhi nilai uji kompetensi.

Gambaran Model :
Model yang digunakan sesuai untuk mengetahui pengaruh nilai UNAS dan nilai rapor berpengaruh terhadap nilai uji kompetensi di SMKN 1 Surabaya.

Dari hasil analisa regresi diperoleh grafik uji identik, uji independent dan uji distribusi normal.
Grafik 2. Uji Identik

Grafik 3. Uji Independent

Grafik 4. Uji Distribusi Normal

KESIMPULAN
Dari hasil analisa ANOVA dan regresi didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
4.1 Nilai UNAS dan nilai rapor sudah sesuai dengan model regresi yang digunakan, yaitu Y = 6.27 + 0.172 X2 - 0.197 X1
4.2 Model yang digunakan (nilai UNAS dan nilai rapor) berpengaruh terhadap nilai uji kompetensi sebesar 42.7%
4.3 Masih ada 57.3% variabel lain yang dapat mempengaruhi nilai uji kompetensi.
4.4 Nilai uji kompetensi tinggi yang diperoleh siswa dengan nilai UNAS baik dan nilai rapor lebih dari 7, artinya ketiga nilai tersebut saling berpengaruh.

Minggu, 11 November 2007

Analisa Kebutuhan Komputer tahun 2008 di Surabaya

Yth. Pak Gatot,

Saya mencoba memberikan tanggapan atas komentar bapak sbb :
1. Dasar perhitungan :
a. Tentang saran 5-10 komputer minimal untuk setiap sekolah karena melihat perbandingan antara besarnya kebutuhan computer dengan jumlah sekolah yang belum memiliki computer adalah sangat jauh dari standart (baru mencapai 22,91%).
b. Dasar kedua adalah melihat Rencana anggaran (Renja 2008) dibagi harga perkiraan per PC, sesuai sasaran yang akan diberi bantuan dengan skala prioritas adalah sekolah kawasan seperti yang tersebut dalam tulisan saya yang berjudul “Peningkatan mutu pendidikan melalui ICT di Surabaya”.

2. Analisa kebutuhan computer per Kecamatan
a. Ratio jumlah computer : siswa, kami coba untuk membuat dua perbandingan yaitu 1:10 = jumlah siswa : 10 dikurangi jumlah computer yang sudah ada, sehingga jumlah kebutuhan total untuk 31 Kecamatan = 40.277 PC sedang jika menggunakan ratio 1:20 = jumlah siswa : 20 dikurangi jumlah computer yang sudah ada, sehingga jumlah kebutuhan total untuk 31 Kecamatan = 16.189 PC.
b. Sehingga kebutuhan computer per Kecamatan tidak sama, seperti yang terlihat dalam analisa spasial sebagai berikut :

Gambar 1. Attributes of Datakecamatan.shp yang terlihat dari table GIS per Kecamatan

Gambar 2. Peta Persebaran Kebutuhan Komputer dengan ratio 1:10

Gambar 3. Peta Persebaran Kebutuhan Komputer dengan ratio 1:20

3. Tentang saran pemanfaatan komputer pada tempat terbuka pada saat siswa istirahat adalah ide yang bagus tetapi perlu dipikirkan segi keamanannya, mengingat kondisi lingkungan dan budaya kita belum bisa disamakan dengan Negara maju. Sehingga untuk merealisasi ide tersebut perlu banyak pertimbangan lagi …

4. Menentukan sekolah tersebut kwalifikasi sarana IT nya baik terhadap sekolah yang lain, dengan ukuran tolok ukur sbb :
a. Sudah menggunakan sistem manajemen dan kegiatan pembelajaran berbasis IT.
b. Laboratorium Komputer dapat dipakai untuk melayani KBM (kelas regular) sekaligus dapat dipakai untuk melayani diklat untuk sekolah lain yang ada di lingkungan dinas pendidikan ybs.
c. Tiap lab. Computer sudah menggunakan system jaringan, akan lebih baik lagi jika antar lab sudah terkoneksi dalan satu jaringan (LAN)
d. Ada akses internet dengan bandwidth yang sebanding antara jumlah computer dengan kebutuhan siswa dan peserta diklat.
e. Jumlah SDM (guru) yang cukup dan bersertifikasi untuk melayani kedua kegiatan internal dan eksternal tersebut.
f. Terdapat teknisi yang merawat lab, minimal 1 teknisi untuk 3 lab.

5. Tentang bagaimana hasil belajar siswa serta kemungkinan korelasi terhadap UN, kami sedang mencoba mengevaluasi dengan test uji statistic, yang insyaAllah akan saya publish setelah ini …

6. Catatan :
a. Analisa kebutuhan tersebut berdasarkan data yang diolah dari dinas pendidikan kota, ICT center dan Renstra SKPD Surabaya tahun 2006. Sehingga perubahan data akan merubah hasil analisa.
b. Karena data yang diperoleh secara global per Kecamatan, maka belum dapat memberi gambaran secara detail per sekolah, untuk itu dibutuhkan data jumlah lab dan computer per sekolah sesuai kebutuhan.

Demikian penjelasan kami, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sabtu, 03 November 2007

Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui ICT di Kota Surabaya

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, industri, perdagangan, dan pemerintahan. Perkembangan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.

Salah satu sektor yang menggunakan sistem dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan multimedia adalah sektor pendidikan yaitu dengan Pembelajaran Jarak Jauh (distance learning) dan atau e-learning baik secara on-line maupun off-line. Program PJJ ini adalah untuk mewujudkan e-learning yang mampu memberi fasilitas kebutuhan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lebih berkualitas tanpa batasan dimensi ruang dan waktu.

Saat ini kita sedang memasuki masa perubahan paradigma dari metode dan sistem manajemen serta mindset dari konvensional menuju sistem modern, yang semuanya berbasis IT. Adapun geseran paradigma ini nantinya akan dapat meningkatkan mutu pendidikan, dengan gambaran sebagai berikut :
- Pola interaksi yang tidak lagi mengenal jarak, ruang dan waktu
- Perubahan dari pendidikan terpusat menjadi tersebar
- Fleksibilitas dalam jarak, ruang dan waktu
- Bahan ajar yang disajikan dalam multimedia dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi
- "Self-pace learning" artinya kecepatan belajar ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh kemampuan yang diseragamkan dalam kelas
- "Self-motivated learning" artinya memacu kemampuan belajar mandiri
- Perubahan dari "Teacher Centric" (guru sebagai pusat pembelajaran) menjadi "Learner Centric" (murid sebagai pusat pembelajaran)
- Perubahan dari "Entry Barrier" (seleksi ketat) menjadi "Output Quality Standard" (lulusan berkualitas stardard) artinya bukan masuknya yang dipersulit tapi lulusannya yang harus memenuhi standard kualitas, sedang lamanya belajar tergantung motivasi, kecerdasan, dan usaha masing-masing peserta didik
- Interaksi antara pengajar dan peserta didik dilakukan tidak hanya dengan tatap muka, tetapi juga melalui fasilitas interaksi elektronik sehingga meningkatkan kemampuan baca tulis.

Dalam matriks program lima tahunan, yaitu 2006-2010 Rencana dan Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD) Dinas Pendidikan Kota Surabaya merencanakan beberapa kebijakan : (a) Meningkatkan kualitas pendidik maupun tenaga kependidikan secara profesional dan Good Governance; (b) Membangun sarana prasarana pendidikan sesuai standar dan (c) Mengembangkan ICT dalam proses pembelajaran.

Visi Dinas Pendidikan Kota Surabaya adalah terciptanya pendidikan berkualitas yang terjangkau serta berwawasan nusantara dan global. Sedang misi : (1) Mengoptimalkan layanan pendidikan kepada masyarakat sehingga ada kepuasan dan loyalitas; (2) Mengupayakan mutu dalam proses layanan pendidikan di samping pemerataan; (3) Transparansi dalam layanan sebagai bentuk tanggung jawab dalam penanganan pendidikan; (4) Mengikutsertakan masyarakat dalam proses layanan pendidikan sehingga tumbuh “education not is own government but also society”; (5) Mengembangkan potensi yang dimiliki baik yang ada di sekolah maupun masyarakat; (6) Membangun pendidikan yang terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berwawasan global; (7) Membangun generasi muda yang siap menghadapi tuntutan dan tantangan jaman.

Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut, ditentukan arah kebijakan yang diuraikan ke dalam indikasi kegiatan dengan kerangka mata anggaran sebagai berikut : (a) Mengembangkan program sekolah pilot project, program kemitraan dengan sekolah berkualitas dalam negeri maupun luar negeri, dan program kelas atau sekolah berwawasan nasional maupun internasional; (b) Menambah sarana pendukung pembelajaran meliputi Lab. IPA, Lab. Bahasa, Lab. Komputer dan sarana lain yang mendukung sekolah Internasional; (c) Memperluas jaringan WAN (Wide Area Network) Kota Surabaya sebagai Cyber City. (d) Meningkatkan kemampuan guru dan tenaga kependidikan menguasasi sasaran global seperti ICT dan bahasa global.(Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kota Surabaya 2006-2010)

Sejalan dengan tujuan, strategi dan kebijakan tersebut di atas, rencana kegiatan Dinas Pendidikan Kota Surabaya Tahun 2008 yang terkait dengan pengembangan ICT adalah sebagai berikut : (1) Kegiatan penyelenggaraan pelatihan, seminar, lokakarya serta diskusi ilmiah tentang berbagai isu, dengan sub kegiatan antara lain workshop pengembangan manajemen berbasis ICT; (2) Kegiatan pengembangan materi pembelajaran dengan menggunakan ICT, dengan sub kegiatan antara lain untuk penyusunan materi e-learning SD/SMP/SMA/SMK; (3) Kegiatan pengembangan SD, SMP dan SMA kawasan, melalui pengadaan prasarana dan sarana laboratorium komputer dan pengadaan peralatan multimedia; (4) Peningkatan dan pengembangan lembaga pendidikan nasional, melalui pembangunan WAN (Wide Area Network) Kota Surabaya.

Sasaran utama dalam pembangunan prasarana dan sarana ICT Kota Surabaya adalah sekolah kawasan sebagai sekolah percontohan yang diprioritaskan, dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui beberapa komponen, yang meliputi : (1) Siswa SD, SMP, SMA dan SMK (2) Guru – guru SD, SMP, SMA dan SMK (3) Kepala Sekolah – Kepala Sekolah SD, SMP, SMA dan SMK (4) Dinas Pendidikan Kota Surabaya beserta Cabang – Cabang Dinasnya (5) Dewan Pendidikan Kota Surabaya beserta Dewan – Dewan Sekolah Sekolah / Komite – Komite Sekolah di Kota Surabaya (6) Orang tua siswa SD, SMP, SMA dan SMK dari dalam kota maupun luar kota.

Sehubungan dengan program ICT Depdiknas telah dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah RI, maka program ICT Kota Surabaya terintegrasi dengan visi-misi dan tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui ICT. Oleh karena itu dalam implementasi Renstra SKPD 2006-2010 maupun Renja 2008 Dinas Pendidikan Kota Surabaya merupakan sharing dana dan sinergi dalam kegiatannya agar tercapai tujuan pemerintah pusat dan daerah.

Namun dari semua rencana tersebut, sampai dengan saat ini masih jauh dari target, mengingat jumlah sekolah di Surabaya mencapai 1.658 sedang tahun 2007 baru 95 client dari ICT Center dan 103 client dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang mendapat dana block grant schoolnet, sehingga jumlah 198 sekolah, itu berarti baru mencapai 11,94%. Sedang yang 88,06% belum dapat diprediksi pencapaiannya sampai dengan tahun 2010 sesuai dengan renstra SKPD 2006-2010.

Selain itu kondisi sumberdaya manusia (SDM) masih kurang memenuhi syarat kompetensi untuk melaksanakan program dan kebijakan yang berkaitan dengan ICT, terutama kondisi guru dan tenaga kependidikan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dasar 4 komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, TU dan Pustakawan) yang dipanggil oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk mengikuti pelatihan JARDIKNAS 2007, masih banyak yang belum dapat mencapai nilai standart dalam ujian KKPI online yang diadakan pada setiap akhir pelatihan. (ICT Center Surabaya, 2007)

1.2 Perumusan Masalah

Keterbatasan sarana dan prasarana laboratorium komputer dan SDM yang kurang kompeten dengan kondisi banyaknya jumlah sekolah dan jumlah siswa yang harus mendapatkan pelayanan pendidikan di Kota Surabaya, maka program peningkatan mutu pendidikan melalui ICT masih mengalami banyak hambatan, sehingga berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan, baik oleh pemerintah daerah maupun pusat.

1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan disusunnya penulisan ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan program peningkatan kualitas pendidikan dengan menggunakan ICT.
2. Untuk mengimplementasikan sistem perencanaan pembangunan dalam melaksanakan kebijakan Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009 dan Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kota Surabaya Tahun 2006-2010 serta kaitannya dengan sistem pendidikan yang sedang dibangun.
Manfaat dari penulisan ini adalah dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan peningkatan mutu pendidikan melalui ICT di Kota Surabaya.

II. SEKILAS TENTANG WILAYAH STUDI

2.1 Kondisi ICT Dinas Pendidikan Kota Surabaya
Berdasarkan RPJM Kota Surabaya 2006-2010 pada Program Peningkatan Akses, Pemerataan dan Kualitas Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas SDM, sasarannya adalah meningkatnya aksesibilitas pendidikan bagi warga kota dan meningkatnya mutu pendidikan dasar, menengah, dan luar sekolah. Salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memanfaatkan ICT sebagai tools untuk mencapai sasaran. Pemanfaatan ICT dapat berhasil jika ditunjang oleh kondisi prasarana dan sarana gedung sekolah yang memadai / layak, ketersediaan laboratorium komputer, muatan pembelajaran ICT dan ketersediaan guru pengajar mata pelajaran komputer serta teknisi komputer.

2.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya, selanjutnya dari data tersebut dilakukan pengolahan untuk kemudian dianalisa. Data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Data kualifikasi guru mengajar pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun 2006
2. Kelayakan Guru Mengajar di Kota Surabaya Tahun 2006
3. Perbandingan Jumlah Unit Sekolah dan Laboratorium Komputer Sekolah di Kota Surabaya tahun 2006
4. Jumlah Siswa per jenjang pendidikan di 31 kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2006
5. Jumlah Sekolah, Guru dan Lab. Komputer per jenjang pendidikan di 31 kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2006
Adapun data dan hasil pengolahannya dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 5 berikut :

Tabel 1. Kualifikasi Guru di Kota Surabaya Tahun 2006


Tabel 2. Kelayakan Guru Mengajar di Kota Surabaya Tahun 2006

Tabel 3. Perbandingan Jumlah Unit Sekolah dan Laboratorium Komputer Sekolah di Kota Surabaya Tahun 2006

Tabel 4. Jumlah Siswa per jenjang pendidikan di 31 kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2006

Tabel 5. Jumlah Sekolah, Guru dan Lab. Komputer per jenjang pendidikan di 31 kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2006

Sumber : Diolah dari data pokok pendidikan Kota Surabaya, tahun 2006
dan Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kota Surabaya Tahun 2005-2010

Ketersediaan laboratorium komputer di era globalisasi ini adalah sangat penting karena merupakan sarana untuk lebih memperluas pengetahuan dalam bidang ICT. Dalam pengadaan laboratorium komputer ini akan dibangun infrastruktur dan contents ICT berupa modul - modul pembelajaran pada setiap sekolah. Dengan ICT diharapkan guru dapat mengubah cara mengajar/metode belajar mengajar dari konvensional menjadi modern sehingga akan ada standarisasi mata pelajaran dan akan didapat mutu yang sama pada setiap sekolah. Dengan tersedianya laboratorium komputer ini diharapkan tidak akan terjadi kesenjangan mutu pendidikan antar sekolah.

Dari hasil survey awal tim ICT Centre Surabaya dan PT. Telkom Divre V Surabaya ke 95 sekolah yang sudah diusulkan dalam proposal ICT Client 2006 dan 103 sekolah dalam proposal ICT Client SchoolNet 2007 dengan teknologi ADSL, diperoleh data sekolah yang sudah mempunyai line telepon dan atau laboratorium komputer dan sudah siap untuk implementasi jaringan ICT ke Jardiknas 90% sedang lainnya masih dalam proses.

Pada sekolah-sekolah yang telah di survey tersebut, saat ini sedang melaksanakan salah satu kegiatan sebagai bagian dari implementasi jaringan yaitu diklat jardiknas 2007 terhadap guru dan tenaga kependidikan (Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha dan Pustakawan), yaitu :
- Pelatihan terhadap Kepala Sekolah yang dilaksanakan di Politeknik ITS
- Pelatihan terhadap guru dan tata usaha yang dilaksanakan di ICT Centre (SMK Negeri 1 Surabaya)
- Pelatihan terhadap pustakawan yang dilaksanakan di ICT (SMK Negeri 2 Surabaya)
Dengan pelatihan tersebut diharapkan mereka dapat mengimplementasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar dan tugas administrasi lainnya.

2.3 Analisa Data

Dari Tabel 1 yang menggambarkan kualifikasi guru ditinjau dari ijazah tertinggi, dapat dikatakan bahwa pada jenjang pendidikan SD/MI, guru dengan kualifikasi Sarjana (S1) persentasenya baru sebesar 57,41%, untuk Pasca Sarjana/Doktor (S2/S3) hanya sebesar 0,44%, sedang yang berpendidikan di bawah S1 sebanyak 42,15%. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs, guru dengan kualifikasi Sarjana (S1) persentasenya sebesar 73,08%, untuk Pasca Sarjana/Doktor (S2/S3) hanya sebesar 1,09%, sedang yang berpendidikan di bawah S1 sebanyak 25,84%. Pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA, guru dengan kualifikasi Sarjana (S1) persentasenya sebesar 81,24%, untuk Pasca Sarjana/Doktor (S2/S3) hanya sebesar 1,29%, sedang yang berpendidikan di bawah S1 sebanyak 17,48%. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa dari semua jenjang pendidikan, masih ada 9.382 guru (30,08%) yang belum berpendidikan Sarjana (S1).

Terkait dengan kelayakan guru, dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase guru yang tidak layak mengajar pada jenjang pendidikan SD/MI adalah sebesar 17,2%, jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 9,36% dan pada jenjang SMA/SMK/MA sebesar 11,76%. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kelayakan guru mengajar di Kota Surabaya baru mencapai 86,71% (27.040 guru dari 31.186 guru) atau 4.146 guru (13,29%) tidak layak mengajar.

Dari aspek fisik, kondisi prasarana dan sarana pendidikan, khususnya untuk laboratorium komputer belum sepenuhnya memadai, hal ini antara lain dapat dilihat dari ketersediaan laboratorium yang ada di sekolah-sekolah. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa ketersediaan laboratorium komputer untuk jenjang pendidikan SD/MI masih sedikit dibanding dengan jumlah sekolah yang ada, untuk jenjang pendidikan SMP/MTs ketersediaannya sebesar 54,08% dan untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA ketersediaannya sebesar 76,68%. Namun jika dihitung secara keseluruhan, maka ketersediaan laboratorium untuk semua sekolah di Surabaya baru sebesar 22,91% atau sebanyak 373 dari 1.658 laboratorium komputer, yang diasumsikan satu sekolah satu laboratorium komputer.

Dari Tabel 3, 4 dan 5 dapat dilihat bahwa laboratorium komputer untuk jenjang pendidikan SD/MI masih 21 sekolah, untuk jenjang pendidikan SMP/MTs baru 179 sekolah yang mempunyai laboratorium komputer dari sejumlah 332 unit sekolah dan untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA baru 194 sekolah yang mempunyai laboratorium komputer dari sejumlah 255 unit sekolah. Jadi keseluruhan, jumlah laboratorium komputer untuk semua sekolah di Surabaya baru tersedia sebanyak 395 dari 1.658 laboratorium komputer.

Jika diasumsikan 1 laboratorium berisi 20 PC, maka jumlah komputer 7.900 unit yang tersebar di 213 sekolah, karena ada beberapa sekolah yang memiliki > dari 2 buah
laboratorium komputer. Asumsi kedua adalah tentang ratio antara jumlah siswa dengan jumlah komputer 1:20. Dari data jumlah komputer dibandingkan dengan jumlah siswa kondisi Surabaya adalah 1:61 Dan secara unum dapat ditarik kesimpulan, presentase masih mencapai 1,64% dari standart 5% tersebut. Khusus untuk sekolah bertaraf internasional perbandingan peralatan 1:1 atau 1:2.

Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya belum semua sekolah memiliki laboratorium komputer sebagai penunjang sarana belajar mengajar utama untuk mencapai standart pembelajaran berbasis IT. Apalagi untuk jenjang pendidikan SD yang masih sedikit yang mempunyai laboratorium komputer.

Dengan kondisi tersebut diatas, teridentifikasi bahwa kendala utama yang akan dihadapi dalam pembangunan ICT ini, yaitu besarnya biaya yang akan dibutuhkan dalam penyediaan, pengembangan, pengisian contens dan menjaga keberlanjutannya.

2.4 Rencana

Berdasar hasil analisa tersebut, maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
1. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik/guru, kepada 4.146 guru yang belam mempunyai sertifikat kompetensi melalui ujian/ sertifikasi online.
2. Melakukan pembenahan terhadap laboratorium komputer yang sudah ada dan pengadaan laboratorium komputer bagi sekolah yang belum mempunyai. Direncanakan dibangun infrastruktur ICT (jaringan) dan contents ICT (modul-modul pembelajaran berbasis web dan atau multimedia, modul interaktif yang user friendly, sistem ujian online, perpustakaan digital) serta penggunaan ICT untuk teleconference dari dinas pendidikan ke sekolah-sekolah secara bertahap, yang diprioritas pada SMA/SMK dan SMP. Untuk setiap SD direncanakan minimal memiliki 5 – 10 unit komputer.
3. Mengadakan diklat mata pelajaran komputer untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik/guru dan meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai ICT.
4. Sosialisasi kepada sekolah-sekolah mengenai penerapan pembelajaran ICT untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
5. Menambah tenaga teknisi komputer dan jaringan melalui program Beasiswa Unggulan (D3) yang dibimbing oleh Poltek ITS, Polinema dan UNESA.

2.5 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah berdasarkan data dan kesesuaian dengan kondisi lapangan adalah :
1. Besarnya biaya investasi yang dibutuhkan dalam penyediaan infrastruktur ICT serta kebutuhan biaya maintenance and repair terhadap prasarana dan sarana ICT maupun jaringannya.
2. Sebagian besar sekolah belum mampu menyediakan prasarana dan sarana belajar, terutama berupa laboratorium komputer yang sesuai standar dalam kaitannya dengan metode pembelajaran yang berbasis IT.
3. Banyaknya ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diajarkan untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA/SMK, khususnya guru mata pelajaran komputer.
4. Karena jumlah guru yang Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif
5. Salah satu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengefektifkan proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran masih secara konvensional, sehingga pembelajaran terlalu berorientasi pada guru (teacher oriented) yang cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan menjadi kurang optimal. Masih terbatasnya pengisian materi pembelajaran ke server ICT (per mata pelajaran dan per jenjang pendidikan) Masih banyak guru dan tenaga kependidikan mempunyai kompetensi di bidang komputer.

2.6 Temuan

Berdasarkan hasil pengumpulan data didapat beberapa temuan yang akan mempengaruhi keberhasilan perencanaan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan melalui ICT , yaitu :
1. Sarana dan prasarana belajar, terutama yang berupa laboratorium komputer belum tersedia sesuai standar, bahkan perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah laboratorium masih sangat signifikan (1.658 sekolah dengan 395 laboratorium komputer )
2. Metode pembelajaran yang berbasis IT masih jauh dari harapan, sehingga proses pembelajaran tidak efisien dan efektif, karena masih menggunakan sistem konvensional, dengan tidak tersedianya prasarana dan sarana yang memadai.
3. Akibatnya daya kreasi, imajinasi dan inovasi siswa tidak dapat berkembang secara optimal, karena siswa hanya diajari mendengar, menulis dan menghafal.
4. Masih banyak guru yang belum memenuhi standar nasional pendidikan (belum berpendidikan Sarjana (S1) dan tidak layak mengajar, sehingga sangat mempengaruhi mutu tamatan.

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa laboratorium komputer untuk jenjang pendidikan SD/MI masih 21 sekolah, untuk jenjang pendidikan SMP/MTs baru 179 sekolah yang mempunyai laboratorium komputer dari sejumlah 332 unit sekolah dan untuk jenjang pendidikan SMA/SMK/MA baru 194 sekolah yang mempunyai laboratorium komputer dari sejumlah 253 unit sekolah. Jadi keseluruhan, jumlah laboratorium komputer untuk semua sekolah di Surabaya baru tersedia sebanyak 394 dari 1.658 laboratorium komputer, yang seharusnya.

2.7 Analisa Spasial


Dengan melihat peta persebaran melalui analisa spasial (GIS), untuk mengidentifikasi titik-titik baru yang dapat dikembangkan sebagai pusat pelayanan pendidikan dan pelatihan masing-masing wilayah dengan daya jangkau pelayanannya.

Untuk itu dapat menggunakan sistem rayonisasi, yang terbagi dalam 5 wilayah yaitu : Surabaya Utara yang terdiri dari Kecamatan Krembangan, Semampir, Kenjeran, Pabean Cantian dan Bulak. Surabaya Selatan terdiri dari Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Wonocolo, Gayungan, Dukuh Pakis, Karang Pilang, Jambangan dan Wiyung. Surabaya Barat terdiri dari Kecamatan Sukomanunggal, Tandes, Lakarsantri, Pakal, Benowo, Sambikerep dan Asemrowo. Surabaya Timur terdiri dari Kecamatan Tambaksari, Gubeng, Sukolilo, Rungkut, Mulyorejo, Tenggilismejoyo dan Gunung Anyar. Sedang Surabaya Pusat terdiri dari Kecamatan Genteng, Tegalsari, Bubutan dan Simokerto, Adapun peta persebaran sekolah, laboratorium komputer dan siswa dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Peta Persebaran Laboratorium Komputer

Gambar 2. Peta Perbandingan Jumlah Sekolah, Jumlah Komputer dan Jumlah Siswa

Gambar 3. Jangkauan Pelayanan Pusat Diklat


Dari masing-masing wilayah tersebut dapat dilihat bahwa sekolah yang memiliki jumlah komputer, jumlah Siswa dan Guru terbanyak maka dapat dijadikan sebagai pusat pembelajaran. Dilihat dari 3 peta persebaran dan jangkauan pelayanan tersebut, dapat ditemukan 5 kecamatan, Kecamatan Krembangan untuk wilayah Surabaya Utara, Kecamatan Wonokromo utnuk Surabaya Selatan, Kecamatan Tambaksari untuk Surabaya Timur, Kecamatan Sukomanunggal untuk Surabaya Barat dan Kecamatan Genteng untuk Surabaya Pusat, sebagai 5 titik yang dapat dipergunakan untuk mengatur strategi penentuan lokasi Pusat Diklat per Wilayah.

III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Surabaya, perlu disusun suatu perencanaan berdasarkan kondisi dan kebutuhan masa depan serta tuntutan masyarakat global. Untuk menyusun rencana yang tepat dan mendapatkan hasil yang optimal, maka perencanaan harus masuk akal dan dapat diwujudkan secara nyata dan sesuai dengan kondisi yang ada.

Dari data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dilakukan analisa yang selanjutnya akan disinergikan dengan beberapa kegiatan yang terkait dengan hasil yang diharapkan, antara lain :
a. Manajemen sekolah berbasis IT
b. Metode pembelajaran berbasis IT
c. Teknologi tepat guna
d. Sistem pendataan sekolah agar dapat memperoleh data yang akurat, lengkap, aktual dan relevan.
e. Kebutuhan SDM yang mampu bersaing dalam dunia global dan lain-lain.

Dari data yang terkumpul, diperoleh gambaran bahwa kualifikasi guru, kelayakan/kompetensi guru serta ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan terutama laboratorium komputer sangat dibutuhkan dalam rangka menjawab peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang. Karena guru sebagai ujung tombak dalam proses pendidikan di sekolah, maka perlu memiliki peran dan keterampilan yang spesifik, di antaranya sebagai fasilitator, motivator , konselor dan dinamisator dengan bekal keterampilan bidang IT .

3.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan ini adalah :
1. Pembenahan dan pembangunan infrastruktur ICT dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya ke Cabang Dinas Pendidikan di wilayah Kecamatan serta sekolah-sekolah yang jumlah muridnya banyak serta telah memiliki laboratorium komputer menjadi prioritas utama untuk segera tersambung dengan JARDIKNAS.
2. Pelaksanaan standarisasi guru sesuai dengan Standard Nasional Pendidikan, kompetensi dan keterampilan guru berbasis ICT segera disosialisasikan dan diimplementasikan.
3. Setiap bidang di Kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan setiap Cabang Dinas Pendidikan di Kecamatan serta sekolah-sekolah yang akan dan atau sudah terhubung dengan Jejaring Pendidikan Nasional harus memiliki tenaga teknisi yang terlatih dan terdidik. Jika belum maka hendaknya mengirim tenaga teknisnya untuk mengikuti program D3 Training Teknisi Jejaring Pendidikan Nasional, untuk merawat dan mengoperasikan program JARDIKNAS.
4. Bagi Cabang Dinas Pendidikan di Kecamatan dan sekolah-sekolah yang belum memiliki laboratorium komputer, dihimbau minimal memiliki 5-10 komputer sebagai langkah awal untuk dapat terkoneksi ke JARDIKNAS.
5. Renja 2008 hendaknya direalisasi dengan mempertimbangkan temuan-temuan lapangan dan kondisi riel di Kota Surabaya.

Konsep Infrastruktur ICT menuju SMCC

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau disebut pula telematika, serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis, industri, perdagangan, dan pemerintah. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.

Menurut Encyclopedia of Social Science yang dimaksud dengan otonomi adalah "the legal self sufficiency of social body and its actual independence". Definisi ini menggambarkan otonomi sebagai hak yang legal dari lembaga sosial untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (untuk mencapai self sufficiency) tanpa adanya campur tangan dan intervensi pihak lain. lnilah yang dimaksud dengan ketidaktergantungan yang hakiki (actual independence). Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan, otonomi berarti self - government. Walaupun otonomi memiliki sifat self-government dan actual independence, dalam konteks pemerintahan negara Republik Inconesia, otonomi tetap berada pada batas yang tidak melampaui wewenang pemerintah pusat yang menyerahkan urusan kepada daerah. Hal ini berlaku juga bagi daerah-¬daerah yang diberi otonomi khusus. (RKPD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jatim, 2007)

Otonomi daerah dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penggalakan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta pendayagunaan potensi daerah secara optimal, serasi, dinamis dan bertanggung jawab dalam kerangka persatuan dan kesatuaan bangsa yang utuh. Dengan demikian, fokus otonomi adalah pembangunan dalam arti luas, termasuk di dalamnya pembangunan infrastruktur ICT. Sehingga, adalah menjadi kewajiban daerah pula untuk mengupayakan kelancaran pembangunan infrastruktur ICT sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat secara efektif dan efisien dan peningkatan sumber daya manusia di kota Surabaya menuju e-Government.

Berdasarkan hasil survey bersama antara Badan Pengelolaan Teknologi dan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (BAPETIKOM) dan KIPA (Korea IT Industry Promotion Agency) dengan 20 Dinas dan Badan yang ada dibawah Pemerintah Kota Surabaya, menunjukkan bahwa Sistem Informasi Manajemen dari hampir semua Dinas yang ada di Pemerintah Kota Surabaya masih belum optimal, mulai dari tingkat pengumpulan, pengolahan sampai dengan analisis data dan informasi. Terlebih lagi ketersediaan data yang akurat, aktual dan lengkap cukup memprihatinkan. Terlebih lagi, di era otonomi daerah tidak memiliki data yang lengkap dan akurat sebagai flow of information dari semua kegiatan menuju e-Government yang tersendat. Di samping itu, sumber daya manusia di bidang pendataan, punyusunan rencana dan evaluasi masih merupakan kendala, salah satu penyebabnya adalah prasarana dan sarana serta teknologi untuk mendukung perdataan, perencanaan, dan evaluasi program belum memenuhi standar. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang dapat menutup kesenjangan ini dalam waktu yang relatif singkat melalui Pembangunan dan manajemen Infrasturktur ICT yang baik dalam rangka menuju Surabaya Metropolitan Cyber City (SMCC). (Hasil survey Bapetikom Surabaya dan KIPA, 2006).

1.2 Perumusan Masalah

Sistem Informasi Manajemen dari hampir semua Dinas yang ada di Pemerintah Kota Surabaya yang masih perlu dibenahi, agar di era otonomi daerah ini Surabaya memiliki data yang lengkap dan akurat sebagai dasar pengambilan kebijakan semua kegiatan menuju e-Government. Di samping itu, salah satu penyebab belum optimalnya hasil tersebut adalah prasarana dan sarana serta teknologi untuk mendukung program tersebut belum memenuhi standar. Demikian juga masalah system yang digunakan oleh masing-masing dinas dan koordinasi diantaranya masih belum menunjukkan adanya standart integrasi yang mengarah pada sebuah system pemerintahan daerah dengan manajemen berbasis IT.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penelitian ini untuk membantu para perencana pembangunan infrastruktur ICT Kota Surabaya yang komprehensif dan terpadu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dinas masing-masing untuk dapat diintegrasikan dalam sebuah system yang terpadu.
Adapun sasarannya adalah dinas-dinas yang ada di bawah pemerintah kota Surabaya.

1.4 Hasil Yang Diharapkan

Tersusunnya sebuah konsep pemikiran yang komprehensif, terpadu dan terintegrasi dengan menghindari in-efisiensi dalam membangun infrastruktur ICT menuju SMCC.

II. KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Infrastruktur

Dalam menyusun sebuah konsep Entrepreneurial Government hendaknya memperhatikan beberapa prinsip yang akan mempengaruhi efektif atau tidaknya rencana yang akan disusun nanti, adalah :

2.1.1 Prinsip community owned government
Fokus pada peran serta masyarakat seperti yang terlihat dalam bagan dibawah ini :


2.1.2 Prinsip result oriented government
Pengukuran outcome (result) yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai dengan tujuan, sasaran, policy program yang jelas dari organisasi penyedia dengan memakai performance indicator :
Service output
Service level
Service delivery standard
Service responsiveness
Service cost (transparant)

2.1.3 Prinsip customer driven government
Elemen penting dalam customer oriented approach adalah :
– Orientasi organisasi penyedia pada karakteristik sosio ekonomi penyedia
– Ada prosedur, mekanisme untuk menampung-mengolah keluhan & pendapat pengguna
– Adanya garis pertanggung jawaban (accountability) yang jelas dari pada penyedia - pengguna
– Implementasi policy yang transparan dalam penyediaan pelayanan
– Ada unit organisasi dan program yang khusus menangani keluhan pengguna – pelayan

Selain itu Konsep Performance Management juga dapat dipakai sebagai kajian melalui User approach dan performance penyedia untuk pengukuran efektifitas atau tidaknya sebuah konsep. (Rimadewi, 2007)
Dan konsep ini akan effektif bila :
– menerapkan prinsip2 performance
– berpegang pada result oriented management
– Orientasi pelayanan kepada kepuasan pengguna berasaskan prinsip “total quality management”
– Implementasi anggaran belanja yang bersifat “performance” atau “outcome budgeting

Adapun manajemen infrastruktur yang ideal adalah harus dapat menciptakan sebuah system seperti yang tergambar dibawah ini :
Gambar 1. Konsep Infrastruktur


2.2 Analisis Kebutuhan

Infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Dimana hubungan antara sistim Infrastruktur dengan sistem-sistem yang lain harus merupakan suatu sistem yang terintegrasi, seperti yang digambarkan dalam diagram dibawah ini :

Gambar 2. Hubungan Infastruktur dengan sistem-sistem yang lain

Dalam membangun sistem seperti tersebut diatas, meliputi semua Publik Infrastruktur seperti : Jalur jalan raya, transportasi, water system, sewer system, solid waste management (sampah), drainasi, instalasi listrik, telekomunikasi, dll. Sehingga secara fisik satu dengan lainnya akan saling mempengaruhi. Dalam membangun Infrastruktur telekomunikasi di daerah kota pasti akan mengalami hambatan fisik yang lebih banyak dibanding dengan daerah, karena beberapa penyebab timbulnya permasalahan dalam penyediaan infrastruktur antara lain :
- In-efisiensi Pengelolaan infrastruktur
- Monopoli pemerintah dalam pengelolaan infrastruktur
- Keterbatasan dana (Investasi awal)
- Keterbatasan kemampuan pembiayaan perawatan (maintenance and repair) dan pengembangan infrasruktur baik dari sektor publik maupun swasta
- Pembayaran hutang luar negeri dan dalam negeri menguras cadangan dana pemerintah dll.(Grigg,2000)

2.3 Analisis Teknis

Pada tingkat teknik, rekayasa perangkat lunak dimulai dengan serangkaian tugas permodelan yang membawa kepada suatu spesifikasi lengkap dari persyaratan representasi dan representasi desain yang komprehensip bagi perangkat lunak yang dibangun.
Model analisis teknis harus dapat mencapai tiga sasaran utama untuk :
1. Menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh public dengan adanya ICT.
2. Membangun dasar bagi pembuatan desain perangkat lunak sistem informasi manajemen untuk setiap dinas yang dapat diintegrasikan dengan dinas lainnya.
3. Membatasi serangkaian persyaratan yang dapat divalidasi begitu perangkat lunak dibangun. (Brahmantyo, 2003)
Gambar 3. Analisis dan Design Model Infrastruktur ICT

Dari kajian teori tersebut diatas, dapat diidentifikasi bahwa permasalahan yang berkaitan dengan ICT itu timbul, antara lain karena belum menggunakan prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur yang standart. Hal ini teridentifikasi dari hasil survey bahwa masing-masing dinas yang ada di Surabaya menggunakan berbagai macam teknologi, berbagai jenis dan spesifikasi server dan komputer sampai system informasi manajemen yang bervariasi, sehingga sangat sulit untuk mengintegrasikan data antar dinas tersebut, karena masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda, belum terlihat prinsip kebersamaan seperti yang tergambar dalam analisis kebutuhan dan analisis teknis tersebut diatas.

Sebagai hasil kajian dan survey bersama tersebut dihasilkan sebuah konsep untuk membangun kota menuju Surabaya Metropolitan Cyber City (SMCC) sebagai berikut :
Gambar 4. Model e-Surabaya


Untuk membangun system informasi manajemen yang standart dapat digambarkan pada model tersebut diatas, dengan memperhatikan beberapa alur kegiatan dimana antara dinas yang satu dengan lainnya dapat terintegrasi baik dalam pembangunan infrastruktur ICT dan pemanfaatan kontennya, sesuai dengan kondisi dan lingkungan kota Surabaya.

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 ICT di Surabaya
Surabaya adalah kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Surabaya dijadikan kota acuan dalam bidang industri, perdagangan dan pendidikan serta kelautan bagi wilayah Indonesia bagian Timur.

Berdasarkan hasil interview antara Badan Pengelolaan Teknologi dan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (BAPETIKOM) dan KIPA (Korea IT Industry Promotion Agency) kepada 20 Dinas dan Badan yang ada di Pemerintah Kota Surabaya (Desember 2006), agar konsep e-Surabaya tersebut dapat berhasil secara optimal maka dalam pelaksanaan hendaknya mempertimbangkan 3 segi dibawah ini :

3.1.1 Segi Infrastruktur
a. Berbagai PC (Personal Computer) yang dimiliki oleh semua dinas tidak sama, baik dilihat dari spesifikasinya maupun versinya.
b. Pada umumnya kondisi infrastruktur jaringan lokal (LAN = Local Area Network) dinas di Surabaya belum bagus.

3.1.2 Segi Sistem Informasi
a. Setiap Dinas menggunakan sistem informasi manajemen yang berbeda
b. Sebagian besar Dinas bekerja untuk sistem informasi dengan menggunakan software aplikasi biasa, belum banyak yang menggunakan sistem informasi manajemen yang standart.
c. Sistem yang digunakan tidak terhubung dengan sistem yang lain
d. Setiap Dinas menggunakan data individu untuk kepentingannya
e. Tidak ada suatu arsitektur dalam sistem informasi manajemen
f. Tidak cukup memiliki tenaga teknis yang menggoperasikan sistem informasi manajemen.

3.1.3 Segi Organisasi
a. Tidak adanya sistem yang terintegrasi diantara Dinas yang ada.
b. Tidak ada staf yang mengurus masalah informasi secara khusus

3.2 Implementasi ICT

Sebelum membuat infrastruktur jaringan telekomunikasi, harus diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan kondisi kota Surabaya, agar tidak terjadi in-efisiensi dalam implementasinya nanti, sebagai berikut :

3.2.1 Infrastruktur Jaringan
o Penggunaan berbagai teknologi jaringan harus menjadi pertimbangan pertama bagi seorang Network Designer, misalnya menggunakan teknologi yang lebih mudah dan praktis sehingga tidak perlu mendirikan tower baru, tetapi dapat memanfaatkan tower yang sudah ada, atau memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi yang telah ada, misalnya melalui line telepon dll.
o Untuk menjangkau beberapa kecamatan yang belum dapat terkoneksi dengan jaringan telepon, memang sebaiknya digunakan teknologi wireless.
o Crowded nya frequensi 2.4 GHz di Surabaya, juga harus diperhatikan karena investasi untuk membangun infrastruktur cukup mahal.

3.2.2 Kondisi Lingkungan
o Jarak pandang melalui tower antara dinas-dinas tidak semua dapat dijangkau, sehingga tidak bisa semua wilayah menggunakan teknologi wireless.
o Ketinggian bangunan dan perkembangan Kota Surabaya yang sangat pesat menyebabkan semakin banyaknya gedung bertingkat, yang akan semakin sulit dan mengganggu sistem interkoneksi antar Dinas.
o Ketinggian tower yang digunakan sebagai penerima dan pemancar wireless sangat riskan terhadap petir. Disamping itu juga dapat mengganggu sistem navigasi suatu penerbangan, jika terlalu tinggi tower yang harus dibangun.

3.2.3 Program Pemerintah Daerah
o Rencana program ICT Surabaya akan mengkoneksikan jaringan ke semua dinas yang ada dibawah pemerintah kota Surabaya.
o Sesuai dengan himbauan pemerintah kota Surabaya, untuk tidak menambah pendirian tower lagi, sementara yang statusnya sewa hanya dibatasi sampai dengan 2 tahun masa perpanjangan, dan yang baru hanya maksimal 3 tahun masa perijinan, karena saat ini sedang dipersiapkan PERDA masalah Infrastruktur Pembangunan Kota, khususnya bidang telekomunikasi. (Najib, 2006).
o Pembangunan dan peningkatan sistem telekomunikasi untuk mempermudah aksesibilitas, arus distribusi, dan jaringan komunikasi dari dan menuju kota baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun internasional;
o Peningkatkan pelayanan dan pengembangan sistem informasi dan telekomunikasi untuk memudahkan jaringan komunikasi antar wilayah baik dalam skala kota, regional, nasional, maupun internasional. (RTRW Kota Surabaya).

3.2.4 Ekonomis
o Harga pengadaan Hardware dan setting jaringan dengan wireless maupun yang lain menjadi pertimbangan dari segi biaya (investasi awal)
o Juga mahalnya biaya Maintenance dan Repair (biaya operasional) menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan teknologi tertentu.
o Pertimbangan kedua biaya tersebut menjadi faktor yang harus diperhatikan juga karena dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan pengadaan hardware dan software menjadi tidak sebanding.

3.3 Analisa Spasial

Berdasarkan data dari APJII Jatim (2007), jumlah Internet Service Provider (ISP) di Kota Surabaya cukup banyak dan menggunakan berbagai ragam teknologi dengan segmen pasar yang sangat bervariasi, sesuai dengan kondisi dan lingkungan mulai dari pemerintah, bisnis, pendidikan dll. Secara non formal diantara beberapa komunitas IT yang ada di Surabaya pernah membahas sebuah konsep konsorsium, tetapi ternyata juga mengalami banyak hambatan baik secara teknis maupun non teknis.

Sebagai gambaran tentang data ISP di Surabaya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan kajian dalam pengambilan kebijakan serta manajemen infrastruktur bidang teknologi informasi dan komunikasi di kota Surabaya, dilihat dalam gambar dibawah ini :
Tabel 1. ISP Member APJII - Jatim

Tabel 2. ISP Non Member APJII - Jatim

Dari 24 ISP yang tersebar di 8 Kecamatan terdiri dari 16 titik berada di Kecamatan Tegalsari, 1 titik di Kecamatan Gubeng, 2 titik di Kecamatan Genteng, 1 titik di Kecamatan di Kecamatan Gayungan, 1 titik di Kecamatan Dukuh Pakis, 1 titik di Kecamatan Krembangan, 1 titik di Kecamatan Wonokromo dan 1 titik di Kecamatan Sukolilo. Peta persebarannya dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 5. Peta Persebaran ISP di Surabaya

ISP yang menggunakan teknologi wireless, dapat dilihat dari analisa spasial yang memiliki jangkauan pelayanan kurang lebih 10 km dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 6. Peta Jangkauan Pelayanan ISP (Wireless) di Surabaya


IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membangun kota Surabaya mengarah ke Good Goverment harus dengan ICT, sehingga dibutuhkan sebuah konsep yang matang untuk membangun dan atau mengatur infrastruktur information and communication technology (ICT) menuju Surabaya Metropolitan Cyber City (SMCC) dengan berbagai aset yang dimiliki :
- Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Surabaya sangat pesat, sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk, social dan ekonomi. Sehingga Pemerintah Kota Surabaya berusaha mengatur system pemerintahan dengan memanfaatkan ICT sebagai prasarana dan sarana utama untuk mendapatkan data dan informasi yang integral, lengkap serta akurat.
- Beberapa Dinas dalam persiapan melakukan perubahan paradigma dari system yang konvensional ke system pemerintahan modern untuk meningkatkan kecepatan layanan & mudah, sehingga dapat memberikan pelayanan informasi terpadu.
- Kecenderungan perkembangan kota surabaya menjadi jauh lebih besar dibandingkan kabupaten/kota lain akibat tingkat pertumbuhan wilayah yang jauh lebih cepat, sehingga membutuhkan pelayanan yang cepat pula.
- Pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi sangat dipengaruhi oleh banyak factor, seperti social, ekonomi, phisik infrastruktur yang sudah ada di Surabaya, sehingga membutuhkan survey dan kajian yang rumit dari masing-masing dinas yang ada dibawah naungan Pemerintah Kota Surabaya yang dikoordinasi oleh BAPETIKOM Surabaya.
- Dengan ICT dapat menciptakan budaya transparan dan akuntabel serta merupakan media promosi yang handal.

4.2 Rekomendasi

- Perlunya pengkajian kembali atas semua aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan ICT, yang telah dikembangkan oleh masing-masing Dinas.
- Perlunya penyusunan suatu strategi untuk memfokuskan pengembangan Local Area Network (LAN) infrastruktur jaringan ICT di masing-masing Dinas agar terintegrasi, sehingga mudah untuk dikembangkan ke tingkat Wide Area Network (WAN)
- Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait untuk membahas data-data yang diperlukan oleh masing-masing instansi beserta format laporan yang akan dipergunakan, untuk membangun sistem data yang dapat digunakan secara sinergi dan terintegrasi.
- Kebutuhan Hardware, Software dan Brainware yang perkembangannya sangat pesat hendaknya mendapat perhatian khusus, sehingga perlu adanya pertemuan bersama antar dinas yang di koordinasi oleh BAPETIKOM, untuk menghindari in-efisiensi.
- Dibutuhkan manajemen yang handal untuk mengatasi segala permasalahan yang ada di Kota Surabaya, khususnya di bidang Telekomunikasi untuk menghindari benturan antara berbagai kepentingan yang ada.
- Perlunya kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan para pakar yang dapat mendukung berbagai kepentingan dan tujuan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, seperti pakar lingkungan hidup, infrastruktur telekomunikasi, manajemen dll.
- Peran serta dinas-dinas dan ISP yang ada dapat membantu pemerintah Kota Surabaya dalam membangun system manajemen kota berbasis IT menjadi Surabaya Metropolitan Cyber City (SMCC).
- Perlunya menyusun strategi yang memfokuskan pengembangan infrastruktur jaringan ICT selain di kota surabaya, agar dapat terintegrasi dengan kabupaten/kota lain. Sehingga data dan konten lain dari sistem yang akan dibuat dapat memenuhi kebutuhan pemerintah daerah, regional dan nasional.