Oleh :
Martina Endah Setyaningsih
DR. Ir. Rima Dewi Supriharjo, MIP
Adjie Pamungkas, ST., M. Dev. Plg.
Abstrak
Sejak tahun 2003 Kota Surabaya mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup potensial, terutama pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sehubungan dengan kondisi demografi, laju pertumbuhan penduduk dan masalah urbanisasi yang cukup tinggi, berakibat semakin bertambahnya pengangguran. Salah satu penyebab bertambahnya angka pengangguran karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Melalui pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Karena pendidikan kejuruan bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk siap kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya. Sedang sasarannya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK serta kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik dengan mengkaji dan memahami teori tentang pertumbuhan ekonomi wilayah, manajemen SDM dan ketenagakerjaan, pendekatan perencanaan pendidikan serta kebijakan sistem pendidikan nasional. Jenis data yang diperoleh adalah kuantitatif dan kualitatif, dan secara eksploratif menggunakan teknik analisis delphi untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketidakterserapan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja, sedang teknik analisis AHP digunakan untuk merumuskan konsep berdasarkan skala prioritas keputusan melalui eksplorasi pendapat dari para expert, guna menyusun konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya. Berdasarkan hasil analisa, maka pendidikan SMK di Surabaya harus mampu mengantisipasi dengan menyiapkan tamatannya dengan melaksanakan berbagai program yaitu (1) peningkatan program uji kompetensi untuk mendapatkan hasil tamatan SMK yang sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja serta dapat mengisi lowongan kerja yang tersedia oleh pasar kerja; (2) pengembangan program lintas jalur untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan yang berkelanjutan; (3) peningkatan praktek kerja lapangan untuk meningkatkan hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja agar terjadi link and match; dan (4) peningkatan manajemen SMK agar dapat terjadi sistem yang terpadu dengan dunia kerja untuk meningkatkan mutu tamatan, serta memberi kepercayaan kepada masyarakat terhadap pendidikan SMK dalam mendukung potensi wilayah kota Surabaya.
Kata Kunci : potensi wilayah, pasar kerja, sekolah kejuruan.
Abstract
Since 2003, Surabaya city has a potentially powerful economy especially in the Trade, Hotel and Restaurant sectors. In term of the demographic situation, the high rate of the population growth and urbanization has resulted in the increase of unemployment. One of the reasons is because there is no balance between demand and supply of labor force. Through vocational education on the high school level, it is expected that the problem can be overcome, as vocational education aims to prepare the students to be ready for work. This study is aimed at finding an educational concept of vocational high school to anticipate the need of work market and to support the improvement of the regional potential in Surabaya. In the meantime, its target is to identify factors that hold back the absorption of vocational school graduates in and to identify the competence needed by the work market in Surabaya. This study uses a rationalistic approach by studying and understanding theories about the growth of regional economy, human resource management and employment, educational planning approach, and the policy of national education system. The types of data obtained are quantitative and qualitative, and delphi analysis technique has been explorative used to identify factors of the unabsorbed graduates and the competence needed by the work market, while the AHP technique analysis has been used to formulate the concept based on the decision priority scale by means of opinion exploration by some experts to design the vocational education concept in anticipation of the need of work market to support the regional potential improvement in Surabaya. The analysis result suggest that vocational schools in Surabaya must be able to anticipate, by preparing their graduates and implementing various programs, for: (1) improving the competence test to obtain vocational high school graduates in compliance the work market, (2) developing a transfer-program to improve the human resource quality through continuous education, (3) improving on-the-job training practices for the obtain link and match (4) improving the management of vocational High Schools so as to obtain an integrated system linked with the world of work for the better quality of graduates, and to ensure public trust in the capability of vocational School Education to support the regional potential of Surabaya.
Keywords : regional potential, work market, vocational school.
1. Pendahuluan
Surabaya dengan kekuatan ekonomi yang cukup potensial dan merupakan barometer bagi kawasan Jawa Timur khususnya, dan Indonesia Timur umumnya. Kekuatan ekonomi Surabaya dengan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi serta memberikan kontribusi yang paling besar dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Tingginya tingkat pengangguran di kota ini tentu tidak lepas dari masalah pertumbuhan penduduk yang didorong oleh arus urbanisasi. Upaya penciptaan lapangan kerja dengan mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata selalu diimbangi oleh meningkatnya daya tarik Surabaya bagi penduduk disekitarnya. Sehingga masalah urbanisasi merupakan kondisi yang sulit dihindari dan menambah angka pengangguran. Dengan adanya pertumbuhan sektor ekonomi serta banyaknya pencari kerja dari tamatan SMK setiap tahun, hendaknya menjadi acuan bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara proporsional, agar mampu mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Dari penjelasan diatas, menggambarkan bahwa terjadi gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, yang mengisyaratkan bahwa pendidikan SMK di Kota Surabaya, perlu mengambil peran aktif dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja sesuai dengan potensi wilayah untuk masa yang akan datang. Sehingga diperlukan adanya penelitian untuk menyusun konsep peningkatan potensi wilayah dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja melalui pendidikan SMK yang dapat mendukung potensi wilayah di Surabaya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah terjadinya gap antara ketersediaan tenaga kerja tamatan SMK dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya. Sehingga muncul pertanyaan penelitian :
1. Faktor - faktor apa yang menyebabkan tenaga kerja tamatan SMK tidak terserap oleh pasar kerja di Surabaya?
2. Konsep apa yang tepat bagi pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya?
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan sasarannya :
1. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab ketidak terserapan tenaga kerja tamatan SMK oleh pasar kerja di Kota Surabaya.
2. Mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dalam rangka peningkatan potensi wilayah kota Surabaya.
3. Merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Kota Surabaya.
2. Kajian Teori
2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita, sehingga persentase pertambahannya harus lebih tinggi dari pertambahan penduduk. (Boediono dalam Tarigan, 2005).
Salah satu konsep yang biasa dipakai dalam membicarakan pendapatan regional/nilai tambah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana menggambarkan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut. Pendapatan per kapita juga merupakan tolok ukur keberhasilan sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah, karena pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk di daerah tersebut untuk tahun yang sama. (Tarigan, 2005).
Menurut Nugroho, 2005, berdasarkan pendekatan penawaran dirumuskan bahwa hubungan antara hasil ekonomi wilayah dan ketersediaan sumber-sumber daya lokal yang mempengaruhi produktifitas wilayah, diantaranya modal, lahan, tenaga kerja, kewirausahaan dll. Sedangkan berdasarkan pendekatan permintaan, pertumbuhan ekonomi wilayah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang dan jasa tertentu oleh suatu wilayah, sehingga menggerakkan potensi dan sistem produksi lokal yang akan memberikan pertumbuhan ekonomi bagi wilayah tersebut.
2.2 Manajemen SDM Dan Ketenagakerjaan
Proyeksi kebutuhan SDM dipengaruhi oleh keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, serta adanya perubahan dan kecenderungan perkembangan teknologi. Permintaan SDM pada waktu yang akan datang merupakan inti dari kegiatan perencanaan ketenagakerjaan, dengan pertimbangan identifikasi lowongan pekerjaan dan bagaimana mengisi lowongan tersebut. Sedangkan penawaran dapat dilihat dari dunia kerja yang memberi kesempatan pada tenaga kerja, sehingga keduanya merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi proyeksi kondisi pasar kerja. (Sumarsono, 2003).
Banyak negara menggunakan manpower-planning (Blaug, 1970 dalam Tarigan, 2005) untuk menghubungkan luaran ekonomi, kebutuhan tenaga kerja dan persyaratan lembaga pendidikan. Usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan yang didukung oleh semua pihak. Salah satu cara adalah dengan mengadakan penelusuran alumni.
2.3 Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Konsep pendekatan ketenagakerjaan adalah pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Apabila dikaji dari semakin membengkaknya angka pengangguran, maka keperluan untuk mempertemukan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja semakin mendesak. Dalam menyusun konsep perlu diperhatikan struktur pendidikan, komposisi usia penduduk dan ketenagakerjaan yang dapat digambarkan pada Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1 Struktur Pendidikan dan Ketenagakerjaan (Usman, 2006)
2.4 Kebijakan Sistem Pendidikan Nasional
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, program pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya mewujudkan kondisi yang diharapkan, dan difokuskan pada tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu : pemerataan dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; serta peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik tentang pengelolaan pendidikan.
Selanjutnya dikatakan bahwa SMK harus melaksanakan uji kompetensi, karena merupakan kunci dari sistem diklat kejuruan dengan pola CBT (Competency Based Training), dimana prosesnya akan ditetapkan oleh Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP) dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Uji kompetensi dimaksudkan untuk membantu dunia usaha/industri dalam merekrut dan mempromosi- kan tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan memacu peningkatan kompetensi yang bersangkutan.
Untuk itu SMK harus melakukan reposisi sebagai upaya penataan kembali konsep, perencanaan dan implementasi pendidikan kejuruan dalam rangka peningkatan mutu sumberdaya manusia yang mengacu pada kecenderungan (trend) kebutuhan pasar kerja, baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun internasional. (Gatot HP : dalam Supriadi, 2002).
2.5 Sekolah Kejuruan di Luar Negeri
Sebuah sistem yang disebut dengan istilah dual system, dimana secara formal tidak mempunyai persyaratan resmi, baik secara hukum maupun tingkat pendidikan/sekolah, tetapi keberadaannya dapat memberikan sertifikasi kompetensi pada suatu pekerjaan yang bersifat formal. Pada kenyataannya, peluang untuk mendapat pengakuan, dan banyaknya masyarakat yang masuk/mengikuti, karena dipastikan dapat bekerja, tergantung pada pre-qualification, karena sistem ini merupakan gabungan antara learning and working, yang menyediakan materi kejuruan untuk mengajarkan teori dan praktek.
Dual system pada dasarnya adalah konsep belajar dan bekerja, dimana pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokan qualifikasi dan kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Vocational training harus bisa membagun jembatan untuk pelatihan lanjutan. Gambaran tentang dual system di Jerman dapat dilihat dalam Gambar 2 :
Gambar 2. Basic elements of dual system
(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Banyak perusahaan bersedia bekerjasana dalam program ini, karena mempunyai beberapa alasan dan keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaannya dinyatakan sebagai lembaga yang memberi pertimbangan untuk “offering training” atau penawaran pelatihan, yang dapat langsung dinikmati oleh perusahaan. Diperkirakan sekitar 94% perusahaan menawarkan program ini, dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat memperoleh hasilnya di company. Ini penting karena pelatihan didalam perusahaan dapat meningkatkan kemampuan sosial dan karakteristik personal yang selalu dibutuhkan oleh para pekerja di perusahaan. Selain itu berfungsi untuk membantu promosi perusahaan terhadap para konsumennya.
Karena ada tanggungjawab bersama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, maka kurikulum sekolah kejuruan dengan dual system ini masing-masing mempunyai fasilitas pelatihan tersendiri, sehingga dapat melakukan pelatihan kejuruan di kedua tempat yang berbeda. Lihat Gambar 3.
Gambar 3. Vocational School Curricula
(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Kerja sama dalam dual system ini diatur secara legal pada semua level (Federal Government, Länder, region, training location) dan ini telah dijamin cukup sukses serta merupakan panduan dan koordinasi antar menteri di tingkat federal seperti the Federal Ministry of Education dan Research. Mereka memberi semangat khususnya dengan mempromosikan hubungan antara sekolah dan perusahaan vocational training pada level regional, untuk otonomi daerah yang berkaitan dengan ekonomi, khususnya dunia industri, perdagangan dan kerajinan.
Mereka juga sepakat membiayai registrasi pelatihan dan menetapkan team penguji untuk ujian sisipan dan ujian akhir di vocational training dan further training (pelatihan lanjutan). Lebih jauh, wacana untuk aturan perorangan, wewenangnya diberikan untuk melakukan pengawasan dibawah Vocational Training Act and Handicrafts Regulation Act. Tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Responsibilities within the dual system
(Sumber : Federal Ministry of Education and Research, 2003)
Selain Jerman, salah satu Negara di Asia yang telah berhasil menerapkan dual system adalah Vocational Technical Education (VTE) di Singapore, suatu sistim yang mempunyai peranan penting dibidang sosial dan ekonomi. Dan yang paling utama adalah bagaimana memastikan hubungan ini dengan kemampuan yang dimiliki serta nilai ekonominya.
Pemerintah Singapura telah menanam investasi cukup besar di bidang pendidikan dan pelatihan, selain di universitas dan politeknik, terutama pendidikan teknis dan kejuruan di bawah ITE. Lihat Gambar 5.
Gambar 5. Phases of Singapore’s Development
(Sumber : Institute of Technical Education, 2003)
Singapore telah mengadakan restrukturisasi ekonomi yang mempunyai dampak langsung pada kemampuan pekerja yang ada. Harapannya adalah para pekerja dapat memiliki pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan yang cukup dengan menyajikan sistem pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk meningkatkan mutu dan memperoleh kualifikasi keterampilan teknis dengan sistem latihan dalam bidang industri serta diperkenalkan sistem yang dibentuk sesuai dengan pola Dual System.
2.6 Sistem Manajemen
Berdasarkan kajian teori tentang sistem manajemen pada lembaga pendidikan dalam jurnal pendidikan (Slamet PH, 2000) disebutkan bahwa sekolah sebagai sistem, secara universal memiliki tiga komponen yaitu :
- Input adalah segala sesuatu yang tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya sebuah proses yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen dan sumberdaya.
- Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain meliputi proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pemotifasian semua komponen, koordinasi, belajar mengajar serta monitoring dan evaluasi.
- Output adalah suatu hasil yang dapat dijamin kepastian hasil, meliputi kinerja yang dapat diukur dari efektifitas, kualitas, produktifitas, efisiensi, inovasi, kualitas kehidupan kerjanya, nilai surplus dan moral kerjanya.
Unsur-unsur pembentuk sistem yang kurang lengkap akan berakibat tidak adanya jaminan kepastian tentang hasil (output) pendidikan. Sistem yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 6. Sistem kinerja SMK (diolah)
Pendekatan sistem dalam organisasi memandang bahwa organisasi sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berinteraksi, berkorelasi dan berdependensi sebagai suatu keseluruhan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Titik berat teori pendekatan sistem adalah memandang sebuah organisasi sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Usman, 2006).
Menurut Dobson dan Swafford, 1980 dalam Danim (2004), untuk menyusun konsep kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja, lembaga sekolah didorong menjadi penghasil tenaga kerja terampil dan spesialis dibidangnya. Selanjutnya dikatakan bahwa usaha menciptakan kesesuaian antara proses dan substansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dimaksudkan untuk meningkatkan area pendidikan kejuruan yang didukung oleh semua kalangan.
3. Metodologi Penelitian
Dalam metoda penelitian ini akan dibahas tentang pendekatan penelitian dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis, variabel penelitian, tahapan penelitian dan hasil penelitian.
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka secara sistematis dapat dilihat dalam Gambar 7 tentang alur penelitian sebagai berikut :
Gambar 7. Alur Penelitian
Berdasarkan jenis data di lapangan, maka teknik analisis yang relevan dengan proses identifikasi faktor–faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja serta untuk merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya menggunakan 3 (tiga) teknik analisis :
a. Metode Analisis Stakeholders
Analisis yang digunakan dalam penentuan responden adalah analisis stakeholders, dimana pemilihannya berdasarkan kapasitas dan kompetensinya di dalam lingkup pendidikan, perdagangan, perhotelan dan restoran, SDM dan ketenagakerjaan, potensi wilayah yang terkait antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
b. Metode Analisis Delphi
Alasan digunakan teknik analisis Delphi adalah untuk mengolah data kualitatif yang diperoleh dari para expert melalui kuestioner dan wawancara yang mempunyai tingkat validasi tinggi karena dilakukan oleh para ahli serta melalui iterasi minimal dua atau tiga kali. Pengertian dasar teknik delphi merupakan teknik “expert opinion polling” dan merupakan prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh dan membuat opini tentang peristiwa di masa depan.
Secara jelasnya teknik dan tahapan analisis dapat dijelaskan pada Gambar 8. dibawah ini :
Gambar 8. Tahapan Analisis Delphi
c. Metode AHP
Analytic Hirarchy Process (AHP) adalah merupakan salah satu metode yang membantu dalam masalah pengambilan keputusan serta untuk menentukan skala prioritas dalam penyusunan konsep. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan yang memerlukan multikriteria.
Setelah faktor-faktor penyebab ketidakterserap-an tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja dapat diidentifikasi, maka variabel penelitian tersebut disusun dalam bentuk instrumen dan dimintakan penilaian atau pendapat kepada responden, untuk menyusun struktur hierarki guna merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya.
4. Hasil Pembahasan
4.1 Hasil Analisa Stakeholders
Wawancara dan kuesioner dalam penelitian ini melibatkan beberapa expert untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada, baik secara individu, kelompok maupun kelembagaan.
Adapun hasil identifikasi dan pengelompokan expert dengan analisis stakeholders menurut kepentingan dan pengaruh terhadap perumusan konsep.
Dari hasil pemetaan stakeholders tersebut, maka ditemukan beberapa kelompok instansi yang sangat berpengaruh (Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan Propinsi Jawa Timur, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pariwisata dan DPRD Kota Surabaya) serta yang sangat berpengaruh sekali (Dinas Pendidikan, Pihak dunia kerja dan SMK yang ada di Surabaya) dalam merumuskan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya.
4.2 Hasil Analisa Delphi
Berdasarkan hasil analisa, teridentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya antara lain :
- Kondisi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas.
- Banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
- Sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja tamatan SMK belum dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.
- Dinamika penduduk kota Surabaya sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama masalah urbanisasi.
- Tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya belum memenuhi standar kompetensi dunia kerja.
- Belum ada tanggung jawab dan koordinasi bersama antara dunia kerja dengan dunia pendidikan, sehingga menimbulkan dampak ketidaksiapan dalam memasuki dunia kerja.
- Kompetensi tenaga pendidik sebagian besar SMK di Surabaya belum memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan sebagai trainer.
- Sistem penilaian yang dilaksanakan masih belum sesuai dengan kondisi prosedur kerja.
- Adanya gap yang cukup tinggi antara pemahaman, proses dan hasil dari sistem uji kompetensi pada dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Adapun kompetensi tenaga kerja tamatan SMK yang dibutuhkan oleh pasar kerja di surabaya adalah, tenaga kerja yang berkualitas, siap pakai dan dapat memenuhi standar kompetensi serta mempunyai skills sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, memiliki sertifikat hasil dari uji kompetensi dengan standar dunia kerja serta memiliki sertifikat kompetensi tingkat nasional/ internasional.
4.3 Hasil Analisa AHP
Berdasarkan hasil eksplorasi pendapat para expert dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan kita selama ini kurang dijiwai oleh “berfikir sistem”, sehingga tidak berwawasan multidisiplin, interdisiplin dan lintas disiplin.
Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, maka dilakukan penghitungan pembobotan dari 15 responden tersebut, untuk mendapatkan nilai eigenvector. Selanjutnya dinormalisasi hingga mendapatkan nilai CI dan CR <0.1. Dan hasilnya digunakan untuk mencari matriks gabungan, sampai mencapai tujuan berdasarkan pendapat para expert. yang dapat dilihat pada Gambar 9 :
Gambar 9. Hasil keputusan dengan skala prioritas
Berdasarkan hasil perhitungan uji konsistensi, perbandingan berpasangan pada level 1 diperoleh nilai λmax = 5.29, CI = 0.07 dan CR = 0.07, maka matriks perbandingan dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Adapun nilai pembobotan antar faktor melalui matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan, didapat suatu hirarki tingkat kepentingan berdasarkan nilai masing-masing faktor yang menjadi pertimbangan dan berdasarkan tingkat kepentingan semua pihak dengan asumsi semakin kecil nilai bobot, semakin signifikan dalam pengaruhnya terhadap faktor yang bersangkutan, dan nilai bobot perbandingannya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 10. Perbandingan antar aspek
Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan antar aspek / kondisi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah, maka prospek ekonomi mempunyai nilai bobot 0.0678 atau memberi kontribusi sebesar 6,78 %, yang berarti prospek ekonomi merupakan aspek yang paling penting dalam menentukan perumusan konsep pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung potensi wilayah di Surabaya. Sedangkan aspek pasar kerja dengan nilai bobot 0.0947 atau dengan kontribusi sebesar 9,47% menduduki urutan kedua, dengan asumsi bahwa kebutuhan pasar kerja harus lebih diutamakan dari pada aspek input (23,67%), proses internal (35,75%) dan proses eksternal (24,33%), dengan demikian harapan para stakeholders agar tenaga kerja tamatan SMK siap memasuki lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja benar-benar dapat terwujud.
Tabel 2. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Input yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 11. Perbandingan antar aspek
Pada level 2 pada aspek input, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 4.19, CI = 0.06 dan CR = 0.07, dengan demikian matriks perbandingan dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Sedangkan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Input yang berpengaruh adalah faktor urbanisasi mempunyai nilai bobot 0.1729 atau memberi kontribusi sebesar 17,29 %, berarti mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam mendukung potensi wilayah Surabaya. Sedang faktor minat masyarakat terhadap SMK dengan nilai bobot 0.2104 atau dengan kontribusi sebesar 21,04 % merupakan faktor kedua, sehubungan dengan dinamika Surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa. Sedangkan faktor jumlah penduduk (27,16 %) dan komposisi usia penduduk (34,51 %) merupakan faktor lain yang mempengaruhi kondisi peningkatan potensi wilayah.
Tabel 3. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Internal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 12. Perbandingan dari aspek internal
Pada aspek proses internal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.03, CI = 0.02 dan CR = 0.03, maka dinyatakan matriks perbandingan dapat diterima dan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Internal, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah adalah faktor fasilitas praktek kerja di SMK dan mempunyai nilai bobot 0.1967 atau kontribusi sebesar 19,67%, karena faktor tersebut akan langsung berpengaruh pada implementasi terhadap kompetensi tamatan SMK di Kota Surabaya. Dan faktor sinkronisasi kurikulum SMK dengan nilai bobot 0.3338 atau dengan kontribusi sebesar 33,38 % merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan akan dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten serta faktor tenaga pendidik dan kependidikan (46,95%) merupakan faktor yang berpengaruh dalam proses internal untuk meningkatkan mutu SDM tamatan SMK di Surabaya.
Tabel 4. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 13. Perbandingan dari aspek proses eksternal
Sedangkan pada aspek proses eksternal, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.05, CI = 0.03 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Proses Eksternal yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah Surabaya adalah faktor institusi pasangan yang mempunyai nilai bobot 0.1949 atau memberi kontribusi sebesar 19,49 %, berarti mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sedangkan faktor fasilitas praktek kerja lapangan dengan nilai bobot 0.3325 atau dengan kontribusi sebesar 33,25 % merupakan faktor yang terkait dengan kesesuaian tempat praktek dengan program keahlian yang dibuka oleh SMK yang bersangkutan. Adapun faktor sistem penilaian (47.25%) mempunyai pengaruh terhadap hasil akhir dari proses dan hasil akhir pembelajaran.
Tabel 5. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Pasar Kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 14. Perbandingan dari aspek pasar kerja
Dalam aspek pasar kerja, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.08, CI = 0.04 dan CR = 0.07, oleh karena itu matriks perbandingan dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Menurut perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dalam kondisi Pasar Kerja, yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah di Kota Surabaya adalah faktor keterserapan tenaga kerja tamatan SMK yang mempunyai kontribusi sebesar 10,52 %, dimana tingkat keterserapan tenaga kerja sebagai tolok ukur terjadinya keseimbangan antara permintaan dengan penawaran tenaga kerja tamatan SMK. Sedangkan faktor lain, yaitu kebutuhan (26,08 %), ketersediaan (29,61 % ) dan kompetensi tenaga kerja tamatan SMK (33,79 %), merupakan faktor lain yang juga berpengaruh dan memberikan kontribusi cukup besar.
Tabel 6. Nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Prospek Ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 15. Perbandingan dari aspek prospek ekonomi
Adapun pada aspek prospek ekonomi, hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai λmax = 3.05, CI = 0.02 dan CR = 0.04, sehingga matriks perbandingan dapat diterima dan dinyatakan konsisten. Berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot perbandingan sub faktor dari Aspek Prospek Ekonomi kota Surabaya, faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah adalah faktor kerjasama institusi pasangan, dan memberi kontribusi sebesar 12,07 %, dimana bentuk kerjasama yang diwujudkan dalam MoU dapat memperjelas tanggungjawab diantara keduanya dalam mewujudkan tujuan SMK, sehingga harapan pemerintah kota Surabaya dalam mendukung potensi wilayah dapat diwujudkan. Sedangkan faktor lowongan kerja yang tersedia dengan nilai bobot 0.2202 atau dengan kontribusi sebesar 22,02 % merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap prospek ekonomi wilayah kota Surabaya, sehubungan dengan tersedianya kesempatan kerja bagi tenaga kerja tamatan SMK, sehingga dapat meningkatkan sektor unggulan PDRB kota Surabaya, dimana dalam perhitungan nilai bobot perbandingan sebesar 0.6590 atau 65,90 % dapat mempengaruhi prospek ekonomi pada masa yang akan datang.
Tabel 7. Hasil matriks pendapat gabungan dengan skala prioritas terhadap peningkatan kinerja SMK dalam mendukung potensi wilayah.
Gambar 16. Hasil Matriks Pendapat Gabungan
Berdasarkan hasil nilai pembobotan antar aspek maupun sub-sub faktor melalui matriks perbandingan berpasangan dan matriks pembobotan gabungan tersebut, dapat diperoleh hasil berupa analisa perumusan konsep pendidkan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya, dengan skala prioritas sesuai dengan kepentingan para stakeholders dan kondisi pasar kerja di Surabaya maka konsep yang dibutuhkan adalah adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Program Uji Kompetensi (0.1061)
Tujuannya :
- Meningkatkan daya saing tamatan SMK.
- Menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja.
- Menciptakan pendidikan terpadu antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
- Meningkatkan peran Bursa Kerja Khusus (BKK) yang ada pada setiap SMK di Surabaya.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Menciptakan berbagai inovasi proses pembelajaran dengan media teknologi informasi dan komunikasi.
- Peningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak dunia kerja untuk mengetahui kompetensi yang dibutuhkan.
- Dibutuhkan konsensus bersama terhadap materi sertifikasi yang diperoleh oleh tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya yang dapat dipakai sebagai tolok ukur dapat atau tidaknya diterima oleh pasar kerja.
- Peningkatan kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja agar semua informasi dari pihak dunia kerja (permintaan) dan pihak SMK (penawaran) saling terbuka, dengan melibatkan stakeholders yang ada.
- Menyusun program dan teknik pelaksanaan sistem penilaian dan uji kompetensi bersama institusi pasangannya sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
2. Pengembangan Program lintas jalur (0.1140)
Tujuannya :
- Untuk mendukung potensi wilayah Surabaya berdasarkan sektor unggulan yang sudah ada maupun pada sektor lainnya.
- Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Dibutuhkan pertemuan dengan stakeholeders yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota, Dinas Pendidikan dan Badan Perencana Kota Surabaya, untuk melakukan perencanaan bersama dengan kejelasan arah kebijakan pendidikan SMK dalam mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya.
- Pengembangan multi entry dan multi exit dalam sistem pendidikan SMK maupun Perguruan Tinggi yang relevan sebagai sistem pendidikan yang mampu memberikan nilai tambah (added value) bagi peningkatan potensi wilayah.
3. Peningkatan Praktek Kerja Lapangan (0.2376)
Tujuannya :
- Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya benar-benar siap memasuki dunia kerja sesuai bidang keahliannya.
- Mengantisipasi kebutuhan pasar kerja di Surabaya melalui teknik pendekatan ketenagakerjaan.
- Mempersiapkan tenaga kerja tamatan SMK di Surabaya siap pakai.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Menyusun daftar kebutuhan fasilitas praktek kerja dan menginventarisasi yang sudah ada untuk dikoordinasikan dengan pihak institusi pasangannya sehingga cocok antara praktek di sekolah dan di dunia kerja serta pembuatan sistem operasional pelaksanaan (SOP) dan lembar kerja praktek yang sama.
- Melakukan koordinasi dan kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja secara periodik dan terprogram, dengan penyusunan jadwal dan materi yang telah disepakati.
- Dalam On the job training harus mengarah pada persiapan kerja dan pelatihan lanjutan, agar setelah tamat dari SMK dapat langsung bekerja pada sektor formal maupun siap untuk membuka lapangan kerja baru dalam upaya peningkatan potensi wilayah di Surabaya.
4. Peningkatan Manajemen SMK (0.5416)
Tujuannya :
- Untuk mengatasi masalah jumlah penduduk, urbanisasi dan dinamika penduduk kota Surabaya.
- Untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja di Surabaya.
- Mempersiapkan keberadaan SMK sebagai pendukung potensi wilayah Surabaya.
- Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di SMK Surabaya.
Konsep peningkatan dan pengembangannya :
- Perlu adanya prioritas utama penerimaan siswa baru maupun rekruitment tenaga kerja bagi perusahaan yang ada untuk penduduk kota Surabaya.
- Melakukan observasi dan koordinasi bersama dengan institusi pasangannya untuk membuat pemetaan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan program keahliannya.
- Untuk meningkatkan minat dan peran serta masyarakat perlu melakukan sosialisasi dan pencitraan terhadap SMK bersama stakeholders. Dengan demikian akan berdampak pada perbaikan input peserta didik yang lebih berkualitas.
- Perlu segera melakukan training bagi tenaga pendidik dan kependidikan agar dapat memenuhi syarat sebagaimana layaknya instruktur pada bidang pekerjaannya secara profesional dan sesuai kebutuhan pasar kerja.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa faktor-faktor penyebab ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK dan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja di Surabaya, dapat digambarkan bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan perlu adanya kesesuaian antara program keahlian yang ada di SMK dengan sektor-sektor yang memberi peluang dalam memasuki dunia kerja. Dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah ketersediaan dan keterserapannya, sehingga terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran, dengan harapan dapat mengatasi ketidakterserapan tenaga kerja tamatan SMK serta masalah pengangguran yang semakin meningkat di kota Surabaya.
Pendidikan kejuruan sebagai salah satu sub sistem dalam mendukung potensi wilayah, harus mampu mengantisipasi dengan menyiapkan tamatannya dengan melaksanakan berbagai program yaitu :
Peningkatan Program Uji Kompetensi untuk mendapatkan hasil tamatan SMK yang sesuai dengan standar kompetensi dunia kerja, dengan daya saing yang tinggi serta dapat mengisi lowongan kerja yang tersedia oleh pasar kerja di Surabaya.
Pengembangan Program lintas jalur untuk mengatasi masalah tamatan SMK yang sudah bekerja dengan meningkatkan kualitas SDM ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara SMK dengan Perguruan Tinggi yang relevan sehingga terjadi sistem pendidikan yang berkelanjutan.
Peningkatan Praktek Kerja Lapangan untuk meningkatkan hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja agar terjadi link and match, dengan koordinasi yang lebih baik, terutama dalam hal on the job training yang mengarah pada pelatihan lanjutan maupun persiapan kerja sehingga tenaga kerja tamatan SMK dapat langsung bekerja sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di kota Surabaya.
Peningkatan Manajemen SMK untuk dapat terjadi saling kerjasama dan sinergi dengan dunia kerja dalam meningkatkan mutu tamatan, serta memberi kepercayaan kepada masyarakat terhadap pendidikan SMK untuk mendukung potensi wilayah kota Surabaya.
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan temuan lapangan dalam penelitian ini, maka rekomendasi penulis adalah sebagai berikut :
1.1.1 Dalam meningkatkan pendidikan SMK untuk mendukung peningkatan potensi wilayah di Surabaya, perlu dikembangkan sistem yang terpadu antara semua pihak terkait, mulai dari input, proses internal, proses eksternal dan output untuk mendapatkan outcome sesuai standar kompetensi, sehingga terbentuklah sebuah sistem yang holistik.
1.1.2 Peran dan keterlibatan dunia kerja sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan SMK di Surabaya mulai dari sinkronisasi kurikulum, penetapan standart kompetensi, keterlibatan dalam proses pembelajaran, kerja sama dalam praktek kerja lapangan sampai sistem penilaian dalam uji kompetensi untuk menciptakan sistem yang terkait dan sepadan (link and match) serta tanggungjawab bersama.
1.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan yang sangat signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan daerah secara otonomi, maka peran pendidikan SMK sangat dibutuhkan dalam mendukung peningkatan potensi wilayah.
1.1.4 Karena masih banyak perbedaan antara dunia kerja dengan dunia pendidikan dalam berbagai hal, maka dibutuhkan campur tangan pemerintah Kota Surabaya secara lebih efektif untuk memikirkan secara bersama dengan pihak-pihak kelompok stakeholders dalam memanfaatkan potensi yang ada di Surabaya.
6. Pustaka
Danim, Sudarman, (2004), Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.
Federal Ministry of Education and Research, (2003), Germany’s Vocational Education at a glance, Public Relations Department 4th edition, D-53170 Bonn, Germany.
Nugroho, Iwan, (2005), Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Social dan Lingkungan, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta
Sumarsono, Sonny, (2003), Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supriadi, Dedy, (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Depertemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
Tarigan, Robinson, (2005), Ekonomi Regional, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Usman, Husaini, (2006), Manajemen-Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sabtu, 22 November 2008
Langganan:
Postingan (Atom)